Beranda >

Berita > Bima Arya: Belajar Persatuan dan Kebersamaan dari KH Abdullah Bin Nuh


26 Oktober 2020

Bima Arya: Belajar Persatuan dan Kebersamaan dari KH Abdullah Bin Nuh

Wali Kota Bogor Bima Arya menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan haul ke-34 Mama Ajengan KH. RD Abdullah bin Nuh dan haul ke-10 Ibu Ajengan Hj. Mursyidah binti KH Abdullah Sayuti di Yayasan Islamic Center Al Ghazaly, Bogor Tengah, Minggu (25/10/2020).

Dalam sambutannya, Bima Arya mengatakan, bahwa peringatan tahunan Maulid dan haul ini tidak pernah kehilangan makna dan relevansinya. “Apalagi disaat masa yang sangat sulit hari ini, kita melihat banyak sekali ajaran, nasihat, ilmu dari Mama Ajengan itu yang sekarang sangat relevan. Menyimak secara keseluruhan dari pemikiran Mama Ajengan Abdullah Bin Nuh, beliau adalah orang yang sangat gandrung akan persatuan dan kebersamaan,” ungkap Bima.

Menurut Bima, KH Abdullah Bin Nuh tidak ingin Islam itu tercerai berai, terbelah-belah, saling cakar. “Itu kesan yang sangat kuat ditangkap. Jadi ada benang yang sama dari pemikiran Mama Ajengan dengan tantangan sekarang. Pandemi ini berat luar biasa. Tidak pernah sepanjang sejarah Indonesia modern dan merdeka, kita dihadapkan pada cobaan maha berat ini,” kata Bima.

“Ibarat berperang, musuhnya sangat jenius. Pemahaman terhadap musuh ini terbatas, setiap hari korban berjatuhan, logistik terbatas, kemudian disisi lain kita diharapkan untuk bergerak cepat. Belum lagi ada persoalan politik dan lain-lain. Ini tidak mudah. Hari ini sejarah sedang ditulis, bahwa bangsa yang besar, yang hebat, digdaya, adikuasa, rontok karena covid, yaitu Amerika Serikat. Itulah yang terjadi,” tambahnya.

Covid-19, lanjut Bima, bukan sekedar ujian kesehatan, tapi juga ujian keimanan bagi kita semua. “Seperti yang kita pelajari dari masa ke masa, dari kaum ke kaum, Allah menurunkan cobaan, ujian musibah untuk mengetes kita semua. Bukan menguji siapa yang paling kaya, siapa yang paling kuat, tapi siapa yang paling beriman. Insya Allah kita yakini itu,” ujar Bima.

Ia melanjutkan, di titik inilah kebersamaan, persaudaraan, ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathoniyah, yang diajarkan dan diniatkan dari KH Abdullah bin Nuh menjadi relevan. “Kita sedih ketika kita harusnya bersatu, tetapi kita kemudian saling bertikai karena persoalan politik, karena persoalan kekuasaan, karena persoalan kursi, karena persoalan beda partai. Apalagi kalau persoalannya beda akidah dan lain-lain. Ini saatnya bersatu,” terang dia.

“Kota Bogor baru melakukan survei, ketika ditanya siapa yang paling Anda percaya hari ini kalau berbicara tentang Covid. Nomor satu dokter, nomor dua tokoh agama, nomor tiga baru pejabat dan nomor empat artis. Ini menarik, artinya, hari ini adalah hari di mana harus ada kolaborasi duniawi dan ukhrowi. Tokoh agama dan para pakar kesehatan untuk menjelaskan kepada rakyat bahwa Covid itu ada dan nyata, bukan khayalan. Kuncinya kita bersatu, bersama-sama. Tokoh agama sangat diharapkan untuk memberikan edukasi,” katanya.

Bima mengajak untuk tinggalkan semua perbedaan politik untuk bersatu padu agar bangsa ini sehat dan kuat kembali. “Rasanya harus membuka buku Mama Ajengan. Karena beliau adalah sosok yang komprehensif, paripurna. Sejarahwan, sasterawan, pendidik, ulama, pahlawan kemerdekaan, lengkap komprehensif. Mudah-mudahan haul ini mengingatkan kepada kita tentang luar biasanya beliau dan betapa penting bagi kita semua untuk terus menerapkan itu, bukan hanya ritual tahunan tapi ajarannya mendarah daging bagi kita semua,” pungkasnya. (prokompim)