Beranda >

Berita > Temui Unio, Bima Arya Dinilai Tokoh Pluralisme di Kota Bogor


18 September 2018

Temui Unio, Bima Arya Dinilai Tokoh Pluralisme di Kota Bogor

Dinilai sebagai tokoh pluralisme di Bogor, Wali Kota Bogor Bima Arya menjadi pembicaraan dalam gelaran Temu Unio Imam-imam Diosesan seluruh Regio Jawa 2018, di Hotel Aston Sentul, Kabupaten Bogor, Selasa (18/09/2018) malam.

Kegiatan yang digelar Union Bogor dalam rangka pertemuan tiga tahunan dengan para pastor di tujuh wilayah keuskupan mengangkat tema toleransi di tengah pluralitas.

"Kami sengaja mengundang Wali Kota Bogor karena kami melihat kehidupan pluralisme di Kota Bogor tokohnya adalah Bima Arya. Pak wali sebagai muslim bisa bergaul dengan siapapun dan masuk ke komunitas manapun," kata Pastor Garbito selaku Ketua Panitia.

Garbito mengatakan, pada Temu Union dengan jumlah peserta 218 orang yang mewakili tujuh wilayah keuskupan yakni Bogor, Bandung, Jakarta, Purwokerto, Semarang, Surabaya dan Malang ini bertujuan untuk belajar. Dipilihnya keuskupan Bogor sebagai tempat belajar pun bukan tanpa alasan. Pasalnya, keuskupan Bogor telah hidup di tengah pluralitas, baik dari sisi agama, budaya dan lainnya yang majemuk. "Kami ingin belajar bagaimana menghidupkan dan hidup bersama masyarakat Bogor yang pluralisme," ujarnya.

Meski tujuan utamanya untuk belajar, Garbito menuturkan, acara ini juga sekaligus mengikat persaudaraan diantara umat katholik dan umat non katholik yang saat ini diwakili komunitas Bogor Sahabat (Bobat) dan Badan Sosial Lintas Agama (Basolia).

Kedua komunitas ini turut mewakili masyarakat Kota Bogor yang plural. Tak hanya itu, pihaknya pun akan mengunjunginya pesantren Habib Hassan pada Kamis (20/09) mendatang. Disana mereka akan dipertemukan dengan tokoh ulama se-Kota Bogor dan para santri.

"Goals-nya dari hasil pertemuan ini teman-teman di tujuh wilayah dapat menggali inspirasi yang bisa dibawa pulang untuk dihidupkan dan dijalankan di wilayahnya masing-masing," jelasnya.

Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, tema acara ini luar biasa relevan dan tepat sekali dengan kondisi saat ini. Ia mengucapkan terima kasih atas dipilihnya Bogor sebagai tempat berkumpul. Bima menerangkan, Kota Bogor maupun Kabupaten Bogor usianya sama-sama 536 tahun dan termasuk salah satu kota tertua di Indonesia.

Di Bogor kehidupan pluralisme memang sangat kental terasa, pasalnya di Bogor terdapat Puri Parahyangan yang pada jaman kerajaan pajajaran menjadi pusat agama hindu. Di tengah Kota Bogor pun bertebaran Masjid, Gereja, Klenteng yang jaraknya berdekatan dan selalu damai.

Selain itu, ada momen-momen ritual kebersamaan yang terus dijaga setiap tahunnya. Sebut saja acara Cap Go Meh yang penuh dengan keberagaman, juga ada acara buka puasa bersama di Vihara Dhanagun yang menyuguhkan momentum inspiratif dan luar biasa.

"Sebagai warga Kota Bogor asli saya tidak pernah mendengar sedikitpun konflik horizontal maupun vertikal. Kami sangat bangga dengan keberagaman dan kami sadari komitmen kami saat ini menentukan kebersamaan di masa depan karena semua tentang nilai yang diturunkan dari masa ke masa," katanya. (Humpro : fla/indra-SZ)