Beranda >

Berita > Bantah Isu Penculikan Siswa, Kadisdik: Orangtua Harus Berperan Awasi Aktivitas Anak di Luar Sekolah


16 November 2018

Bantah Isu Penculikan Siswa, Kadisdik: Orangtua Harus Berperan Awasi Aktivitas Anak di Luar Sekolah

Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor Fahrudin membantah isu yang beredar bahwa ada salah seorang siswa SMP Negeri di Kota Bogor menjadi korban penculikan. Bantahan itu diutarakan berdasarkan fakta yang sebenarnya terjadi.

Menurut Fahrudin, siswa yang disebut hilang dan menjadi korban penculikan sudah ditemukan oleh orangtuanya. “Itu bukan penculikan. Yang benar siswa itu pergi dengan ‘teman dekatnya’ yang baru dikenal dan tidak kembali ke rumah. Orangtua siswa tersebut kemudian melaporkan ke sekolah bahwa anaknya tidak pulang ke rumah,” kata Fahrudin, Jumat (15/11/2018).

Ia menambahkan, orangtua juga harus berperan dalam pengawasan terhadap anaknya dalam aktivitas di luar sekolah. “Selain guru, orangtua juga harus berperan aktif mengawasi anaknya masing-masing. Kami tidak bisa mengawasi satu per satu siswa di luar jam sekolah,” tandasnya.

Selain penculikan isu lainnya yang berkembang di masyarakat adalah ancaman hipnotis yang menargetkan pelajar sebagai korban. Fahrudin kembali menegaskan sebagai langkah antisipasi Dinas Pendidikan selalu mengingatkan dan menghimbau para siswa saat kunjungan ke sekolah untuk berhati-hati terhadap orang asing yang tidak dikenal, lebih selektif dalam memilih teman dan jangan mudah tergiur dengan bujuk rayu.

“Jangan menggunakan barang berharga yang mencolok di tempat umum. Hipnotis itu hanya bisa dilakukan terhadap orang yang jiwanya kosong. Jika orangnya ‘berisi’ dan sehat, tidak akan mampu. Intinya harus berhati-hati terhadap orang asing, baru atau tidak dikenal. Para orang tua juga harus selalu waspada, jangan pernah bosan mengingatkan anak-anaknya tentang pergaulan, tahu dengan siapa dan dimana anaknya bermain,” jelasnya.

“Untuk pihak sekolah pun sama. Tidak mengizinkan anak-anak pulang sebelum waktunya dengan alasan apapun kecuali sepengetahuan orang tuanya yang dihubungi sebelumnya. Jadi ada proses serah terima dengan orang tua. Pendidikan keagamaan dan karakter harus lebih ditingkatkan,” tambahnya.

Menanggapi himbauan Kadisdik, Kepala SMP Negeri 8 Kota Bogor Euis Nurjanah mengatakan pihaknya konsisten menerapkan himbauan tersebut. Untuk antisipasi siswa pulang sebelum waktunya, Euis menegaskan harus ada kejelasan informasi dari sekolah ke orangtua maupun sebaliknya.

“Kalau ada siswa sakit, orangtua harus menjemputnya atau wali kelas menghantar sampai ke rumahnya,” ujar Euis.

Euis tidak memungkiri, efek negatif dari smartphone yang dibawa para siswa. Sebagai antisipasi, selama kegiatan belajar SMP Negeri 8 Kota Bogor menerapkan kebijakan agar semua smartphone disimpan dalam satu kotak per kelas dan dipegang wali kelas atau guru piket dan bisa diambil kembali saat jam pulang sekolah.

“Kebijakan ini sepengetahuan para orangtua. Jika orang tua ingin menghubungi anaknya, bisa nelpon ke sekolah atau wali kelas,” pungkas Euis. (Humpro : rabas/pri)