Beranda >

Berita > Dengan Perda Pendidikan Keagamaan, Pesantren Salafiyah Bukan "Yatim Piatu" Lagi


24 Mei 2019

Dengan Perda Pendidikan Keagamaan, Pesantren Salafiyah Bukan "Yatim Piatu" Lagi

KABUPATEN CIREBON - Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum berpandangan santri salafiyah perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah termasuk bantuan infrastruktur pesantrennya.

Menurutnya, di Jawa Barat khususnya perdesaan, masih banyak santri salafiyah. Para santri belajar di pesantren yang identik dengan mempelajari kitab-kitab kuning.

Uu menyebut, santri salafiyah "yatim piatu" karena kesulitan mengakses dana ke dinas pendidikan karena kategorinya bukan siswa SD, SMP, SMA. Begitupun ketika mencoba akses ke kementerian agama, pesantren salafiyah juga kesulitan karena bukan tsanawiyah atau aliyah.

"Kenapa santri salafiyah perlu dibantu karena mereka yatim piatu dalam pembiayaan. Ke dinas pendidikan tidak masuk karena bukan siswa SD, SMP, SMU. Ke Kemenag juga tidak masuk karena bukan murid tsanawiyah, aliyah. Artinya dia tidak dapat BOS dari dua lembaga negara tersebut," terang Uu ditemui usai Safari Ramadan di Masjid Agung Sumber, Kabupaten Cirebon, Jumat (24/5/19).

Untuk itu, lanjut Uu, Pemerintah Daerah Provinsi (Pemdaprov) Jawa Barat memprakarsai peraturan daerah tentang pendidikan keagamaan. Dengan perda tersebut, santri salafiyah akan mudah mendapatkan bantuan karena sudah memiliki dasar hukum. Saat ini perda pendidikan keagamaan sedang digodok di DPRD Jabar.

"Mereka (santri salafiyah) harus ada perhatian khusus dari kami. Mudah-mudahan dengan selesainya perda tentang (pendidikan) keagamaan yang kini sedang digodok di DPRD, santri salafiyah akan tercover menerima bantuan seperti halnya siswa lain," ungkapnya.

Dalam safari ramadan, Wagub Uu menyerahkan santunan kepada santri salafiyah di wilayah Sumber dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Jawa Barat. Para kaum duafa, anak yatim piatu dan DKM masjid pun terus menerima santunan. "Kami juga menyampaikan santunan anak-anak yatim piatu di safari ramadan ini," ucapnya.

Uu berharap masyarakat segera mengeluarkan zakatnya karena bermanfaat bagi sesama. Safari ramadan merupakan tradisi turun temurun dari para gubernur sebelumnya. Namun tahun ini safari dilakukan lebih luas dan dalam sehari bisa bersafari ke tiga kabupaten/ kota.

"Safari ramadan ini tradisi kami sejak kepemimpinan sebelumnya tapi sekarang diperluas ke berbagai tempat. Biasanya pagi, siang hingga sore hari sambil ngabuburit," tutur Uu. (Humas dan Protokol Setda Jabar *)