Beranda >

Berita > Faktor Keluarga Pengaruhi Perubahan Sosial


05 Agustus 2019

Faktor Keluarga Pengaruhi Perubahan Sosial

Wali Kota Bogor, Bima Arya menerangkan, jika berbicara tentang perubahan sosial ada banyak aspek utama yang mempengaruhinya. Utamanya adalah faktor keluarga.

“Menurut saya diantara banyak faktor utama yang mempengaruhi perubahan sosial adalah faktor keluarga menjadi yang paling utama. Saat ini Kota Bogor sedang fokus pada isu tentang keluarga,” kata Bima Arya saat Welcome Speech pada The 2nd International Seminar on Family and Consumers Issues in Asia (ISFCI) 2019 yang diselenggarakan IPB di Gedung Sekolah Bisnis, Kampus IPB Gunung Gede, Jalan Raya Pajajaran, Kota Bogor, Senin (05/08/2019).

Jika bicara tentang keluarga atau pembangunan sosial, lanjut Bima tidak sekedar berbicara pembangunan infrastruktur yang merupakan salah satu bagiannya. Namun menyangkut banyak hal yang dalam perumusan kebijakan dan penerapan programnya. Untuk itu diperlukan kajian dan pendekatan.

“Saya memiliki keyakinan jaringan dan kolaborasi yang saya bangun dan sering saya sebut sebagai pentahelix (pemerintah, sektor swasta, komunitas, akademisi dan media) menjadi faktor pendukung dalam membangun Kota Bogor. Pemkot Bogor tidak bisa melakukannya sendiri, kita butuh pihak lain untuk membantu menjalankan program dan kegiatan,” katanya.

Apa yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor sejak beberapa tahun lalu kata Bima, mengimplementasikan program yang diadaptasikan dari mulai tingkat nasional hingga tingkat profesional dengan melibatkan kelima aspek tersebut.

Salah satunya Sekolah Ibu yang mengajarkan hal-hal tentang ketahanan keluarga agar para ibu lebih paham apa yang harus dilakukan terhadap anak dan keluarga.

Contoh lainnya adalah Kota Bogor menjadi pelopor di Indonesia dalam penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) melalui Peraturan Daerah (Perda) KTR yang belum lama ini mendapat apresiasi dari lembaga kesehatan dunia WHO PBB.

Bima juga menjelaskan, setelah empat tahun Pemkot Bogor melakukan perbaikan dan pembangunan fasilitas publik, mulai dari taman hingga pedestrian. Kantor Kementerian Agama Kota Bogor mencatat dan menyampaikan data bahwa angka perceraian di Kota Bogor menurun dan ini pertama kali dalam sejarah Kota Bogor. "Ini disebabkan bukan hanya satu faktor namun banyak faktor," sebutnya.

Sebelumnya, Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB, Prof. Ujang Sumarwan mengatakan, seminar ini sangat penting karena dihadiri para narasumber dari berbagai negara. Ini adalah langkah kecil dalam membantu pemerintah dalam membuat kebijakan yang berkelanjutan.

Menurutnya, keluarga merupakan unit terkecil dari lingkungan sosial dan pusat kehidupan masyarakat. “Keluarga menyediakan tenaga kerja yang bagus melalui pendidikannya, tanpa itu mustahil dibangun bangsa yang bagus, permasalahan dalam keluarga adalah permasalahan kita semua," katanya.

Komitmen yang ditunjukkan Pemkot Bogor terkait ketahanan keluarga layak mendapat apresiasi. "Melalui seminar ini semoga bisa menambah pemahaman kita tentang keluarga dan konsumen,” kata Prof. Ujang.

Ketua Panitia ISFCI 2019, Tin Herawati mengatakan, dalam seminar yang dilaksanakan setiap tahun ini berlangsung selama dua hari, 5 - 6 Agustus 2019.

Panitia menghadirkan para narasumber dari berbagai negara untuk bisa berbagi pengalaman dan mempelajarinya untuk kemudian bisa diadopsi dan menjadi rekomendasi bagi Pemkot Bogor untuk ditindaklanjuti dalam bidang keluarga. (Humpro:rabas/indra/faisal/wanda-SZ)