Beranda >

Berita > Dedie Rachim Tindaklanjuti Rencana Kerjasama Pemanfaatan Trem dengan Pemerintah Belanda


17 September 2019

Dedie Rachim Tindaklanjuti Rencana Kerjasama Pemanfaatan Trem dengan Pemerintah Belanda

Pemerintah Kota Bogor terus menindaklanjuti rencana kerjasama pemanfaatan alat transportasi jenis trem dari Belanda. Peluang tersebut coba dijajaki dalam kunjungan Wakil Wali Kota Bogor Dedie Rachim ke Provinsi Utrecht, Belanda, 14-22 September 2019.

Dalam kunjungan ke negeri kincir angin tersebut, Dedie tampak didampingi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Indonesia untuk Belanda I Gusti Agung Wesaka Puja, Direktur Prasarana Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Edi Nursalam dan Atase Perhubungan Kedubes RI untuk Belanda Mokhammad Khusnu.

Dedie Rachim mengatakan, kunjungan tersebut dalam rangka melakukan studi kelayakan moda transportasi trem yang rencananya akan diterapkan di Kota Bogor. "Tremnya sangat layak karena belum habis masa pakai. Trem tersebut nantinya akan dimanfaatkan untuk moda transportasi massal alternatif berbasis rel dan bertenaga listrik di Kota Bogor. Penataan transportasi sangat dibutuhkan dalam mengantisipasi perkembangan kota 5-10 tahun ke depan," ujar Dedie di Den Haag, Belanda, Selasa (17/9/2019)

Ia menambahkan, Pemerintah Provinsi Utrecht menawarkan kerjasama pemanfaatan 24 unit trem dengan harapan dapat membantu menyelesaikan permasalahan transportasi dan tingginya tingkat polusi perkotaan di Indonesia, salah satunya di Kota Bogor.

Dalam kesempatan tersebut, Dedie bersama rombongan tampak mengunjungi sejumlah lokasi, mulai dari Pemerintahan Provinsi Utrecht dan Depo Trem. Kunjungan ini juga diharapkan dapat menjaga hubungan bilateral yang harmonis dan dapat mempertimbangkan tawaran yang baik.

"Pak Dubes juga menyatakan, kunjungan ini untuk mengelola kerjasama lebih strategis dengan upaya peningkatan kerjasama teknis dan membantu Indonesia membangun kompetensi bagi pihak terkait, baik langsung maupun tidak langsung terkait dengan program ini," kata Dedie.

Upaya dan langkah selanjutnya, sambung Dedie, akan melakukan koordinasi teknis lintas instansi (interdep) dan memfinalisasikan kajian-kajian yang tengah dibuat oleh beberapa pihak.

Sebelumnya, Wali Kota Bogor Bima Arya telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) mengenai studi kelayakan jalur trem di Kota Bogor bersama Managing Director Asia Pasifik Colas Rail Jerome Bellemin dan CEO Iroda Mitra Mirza Whibowo Soenarto di halaman Balai Kota Bogor, Jumat (6/9/2019) lalu.

Selama sembilan bulan ke depan, perusahaan yang juga mengerjakan Light Rail Transit (LRT) di Jabodetabek itu, akan membuat kajian ilmiah untuk melihat bagaimana kemungkinan jika trem beroperasi di Kota Bogor.

"Kita mulai tahapan pembangunan trem di Kota Bogor. Nanti hasilnya menentukan langkah pembangunan, jalurnya, kelaikan jalan, kapasitas jalan, daya angkut, lebar dan panjang rel, serta pembiayaannya," ungkap Bima.

Ia menambahkan, trem yang merupakan transportasi massal ini dipilih sebagai alternatif untuk mengurai kemacetan di Kota Bogor, khususnya di pusat kota. Sebab diperkirakan dalam dua tahun ke depan, LRT Jabodetabek akan masuk ke Terminal Baranangsiang.

"Diprediksi ribuan orang dipastikan datang dan pergi menggunakan LRT yang setiap lima menit berangkat dan hanya membutuhkan waktu 40 menit untuk sampai Jakarta dari Bogor. Jadi, kalau ke Terminal Baranangsiang naik kendaraan pribadi semua pasti macet total. Maka perlu feeder system-nya. Ya trem ini," ujarnya. (Humpro :Alif/Pri)