Beranda >

Berita > Ade Sarip Berbagi Pengalaman Program UKS/M ke 780 Kepala Sekolah Kota Semarang


22 September 2020

Ade Sarip Berbagi Pengalaman Program UKS/M ke 780 Kepala Sekolah Kota Semarang

Tim Pembina UKS/M Kota Bogor berbagi pengalamannya dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang melalui Web Seminar (Webinar) yang digelar virtual di Paseban Surawisesa, Balai Kota Bogor, Selasa (22/9/2020).

Pada webinar ini pemaparan dilakukan langsung Ketua Tim Pembina UKS/M Kota Bogor, Ade Sarip Hidayat didampingi Kepala Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat Setda Kota Bogor, Asep Kartiwa.

"Saya senang bisa bicara tentang UKS/M ke 780 kepala sekolah di Kota Semarang meski hanya melalui zoom," ujar Ade.

Ade mengatakan, UKS/M menjadi hal menarik di Kota Bogor mengingat Trias UKS merupakan langkah awal mewujudkan Kota Bogor menjadi kota sehat. Pihaknya menyadari kesehatan tidak hanya menjadi tugas Dinas Kesehatan semata, tetapi juga masyarakat termasuk generasi muda Kota Bogor melalui UKS.

Untuk itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor mengeluarkan Peraturan Wali Kota (Perwali) Nomor 48 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat (Germas) Bogor Sehat. Perwali ini kemudian diturunkan menjadi program Sekolah Ber-UKS, sekolah ramah anak dan model sekolah sehat.

"Dari 538 TK/RA/PAUD 95 persen sudah sekolah ber-UKS, di tingkat SD, SMP dan SMA sudah 99 persen sekolah ber-UKS, sementara pondok pesantren, panti asuhan, SLB sudah 73 persen sekolah ber-UKS," sebut Ade.

Sekda Kota Bogor ini menuturkan, demi mewujudkan sekolah sehat nyaman dan berprestasi di Kota Bogor, ada empat misi mengoptimalkan Trias UKS yang dilakukan melalui kebijakan yang dibuat. Mulai dari semua tim pembina UKS dan tim pelaksana UKS berfungsi di tingkat kelurahan, kecamatan dan kota.

Semua sekolah dan madrasah memiliki minimal 1 guru pembina UKS dan 1 persen peserta didik sebagai kader kesehatan aktif (dokter kecil, kader kesehatan remaja, konselor sebaya).

Semua sekolah dan madrasah melaksanakan penjaringan kesehatan terhadap semua peserta didik. Dan semua sekolah memenuhi sarana sanitasi dasar sesuai standar, yakni 50 % sekolah dan madrasah memiliki rasio jamban dan peserta didik yang sesuai standar dan berfungsi, memiliki sarana Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dan tempat sampah yang berfungsi di semua kelas serta semua sekolah memiliki kantin sekolah.

"Dan untuk mencapai hal tersebut kami membuat strategi, yakni penguatan tim pembina UKS dari tingkat kota, kecamatan, penguatan tim pelaksana UKS dan madrasah, pembangunan sekolah berwawasan kesehatan, peningkatan peran lintas sektoral dan penggalangan dukungan masyarakat, swasta dan dunia usaha," katanya. (Prokompim:fla/ismet-SZ)