Beranda >

Berita > 6 Miliar Orang Tinggal di Perkotaan


05 Mei 2015

6 Miliar Orang Tinggal di Perkotaan

Pada tahun 2050 mereka yang tinggal di perkotaan diperhitungkan akan mencapai 6 miliar orang. Artinya lebih dari 60% orang dari populasi 9,6 miiar, menetap di kota-kota. Hal itu terjadi akibat laju urbanisasi yang mencapai 1,84% per tahun dan pertumbuhan ekonomi khususnya di kawasan Asia Pasifik. Pemerintahan kota-kota di negara berkembang menghadapi dilema.

Pada satu sisi harus mengejar pertumbuhan, namun di sisi  lain harus menjaga agar aktifitas masyarakat  tidak terus menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang berdampak pada pemanasan global dan perubahan iklim.

Hal tersebut disampaikan oleh Irvan Pulungan, Country Director ICLEI Indonesia pada seminar Urban-Low Emission Development Strategy di Hotel Salak, pada Selasa, (5/5). "Menjawab tantangan tersebut, ICLEI sejak tahun 2012 telah meluncurkan program Urban-LEDS. Melalui program ini ICLEI membantu pemerintah kota menginvestarisasi emisi GRK sekaligus menyusun strategi pembangunan kota yang rendah emisi," kata Irvan. Itulah pula isyu yang dibahas pada seminar yang akan berlangsung selama tiga hari dari tanggal 5-8 Mei 2015.

urbanisasi12

Seminar yang dibuka Wakil Walikota Bogor, Usmar Hariman itu diikuti para walikota dan pejabat senior dari kota-kota yang terlibat dalam program Urban-LEDS dari, Afrika Selatan, Brazil, India, Indonesia, dan Portugal. Dari kegiatan ini diharapkan terbangun jejaring dan kolaborasi antar pemerintah kota untuk mendorong pembangunan kota yang rendah emisi dan berkelanjutan secara ekologis. Pada kesempatan tersebut Usmar mengungkapkan kebahagiaannya dapat
berkumpul ditengah sahabat dari berbagai negara yang sama-sama berjuang untuk menyikapi perubahan iklim global melalui strategi pembangunan perkotaan rendah emisi.

Dijelaskan Usmar, untuk mengurangi laju percepatan kerusaakan planet bumi Kota Bogor sudah memulai melangkah kearah sana dengan berbuat sesuatu seperti antara lain menanami lahan kritis melalui gerakan penanaman pohon bersama masyarakat. "Pemerintah juga berusaha menekan peningkatan pencemaran udara ditengah semakin bertambahnya jumlah kendaraan bermotor serta mencegah pencemaran air tanah, aliran sungai dan mempertahankan kesuburan tanah dengan pembuatan lubang biopori dan sumur-sumur resapan air," ujarnya.

Langkah lainnya, sambung Usmar, adalah membangun kesadaran masyarakat untuk memelihara keseimbangan alam dan lingkungan dengan memperhatikan masalah-masalah kebersihan dan kesehatan lingkungan. "Bogor sampai saat ini masih mampu memasok kebutuhan air bersih bagi sebagian warganya disamping menyalurkan berbagai jenis sayuran dan buah-buahan," sebutnya.

Usmar mengatakan Kota Bogor adalah sebuah modal yang patut dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai sebuah objek dari gerakan penyelamatan lingkungan hidup. Menyadari hal itu Pemerintah Kota Bogor yang mendapat dukungan masyarakatnya berinisiatif untuk menggalang dukungan dalam rangka mewujudkan Bogor sebagai kota hijau. "Oleh karenanya kami mengajak siapapun membantu Kota Bogor sebagai noktah hijau yang dapat dipersembahkan bagi planet bumi," harapnya. (Tria/Met)