Beranda >

Berita > Kuliah Bima : Korupsi Jadi Bagian di Dalam Kultur


25 September 2016

Kuliah Bima : Korupsi Jadi Bagian di Dalam Kultur

Ratusan mahasiswa program Jurnalistik, Broadcasting, Humas dan Manajamen Komunikasi, Universitas Pakuan Sabtu (24/09) mengikuti kuliah Anti Korupsi. Kuliah hari ini berbeda karena dosen pengajarnya, Bima Arya.

Menurutnya pelajaran anti korupsi tidak hanya bisa sekadar dibaca atau dipelajari saja. Pemahaman tersebut ia peroleh setelah terjun langsung di partai politik dan pemerintahan. Ia akui, sewaktu menjadi aktivis dan pengamat politik,  dengan lantang ia bicara tentang anti korupsi. Tapi  ternyata anti korupsi lebih mudah diucapkan daripada kenyataannya yang tidak semudah membalikan telapak tangan. “Pertanyaanya apa penyebab orang-orang yang dulunya aktivis bisa terjerat korupsi? apakah khilaf, jahat, tiba-tiba jahat atau ada yang menjebak?” tanya Bima kepada seluruh Mahasiswa.

Berdasarkan pengamatannya ia dapat mengetahui, orang yang terjerat korupsi itu ada yang memang jahat, ada yanga terjebak sistem sehingga khilaf tapi tidak sedikit yang dijahati dan akhirnya masuk penjara bertahun-tahun. “Orang-orang tidak bersalah dituduh korupsi, diadili di pengadilan, dipenjara hingga bertahun-tahun tapi setelahnya terbukti tidak korupsi,” katanya.

Korupsi di Indonesia ada bagian di dalam kultur/kebudayaan. Tercatat pada jaman dulu bagi rakyat jelata bisa mempersembahkan upeti bagi rajanya baik berupa barang/jasa/persembahan untuk dinikahi merupakan suatu kebanggaan namun, saat ini hal tersebut jadi bagian dari kultur korupsi atau bisa juga disebut gratifikasi.

“Nah, di birokrasi itu ada kultur jaman dulunya yakni kultur menyenangkan atasan lewat gratifikasi. Itulah yang ingin diubah dimulai dengan memulai jadi Wali Kota tanpa berhutang sehingga bisa tetap independen,” terang Politikus PAN tersebut.

Bima membagi birokrat menjadi tiga golongan. Birokrat yang lurus, idealis dan on the track namun jumlahnya sedikit. Birokrat yang bobrok jumlahnya cukup banyak dan ketiga birokrat yang terjebak dengan sistem. Dan 80 persen pejabat dipenjara akibat terjebak sistem sisanya ada yang tamak dan adapula yamg kebutuhan. “Pengajaran anti korupsi harus dikenalkan sejak dini. Seperti kuliah yang diajarkan kepada mahasiswa untuk bisa mengawal dan lebih paham tentang korupsi,” pungkas Bima. (fla/adit) Mor