Beranda >

Berita > Tekan Emisi GRK, Kota Bogor Harus Terapkan 4 Strategi Potensial sebagai Rencana Aksi Perubahan Iklim


28 Oktober 2016

Tekan Emisi GRK, Kota Bogor Harus Terapkan 4 Strategi Potensial sebagai Rencana Aksi Perubahan Iklim

Berdasarkan hasil studi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) terkini yang diterbitkan Pemerintah Kota  Bogor membuktikan jumlah emisi GRK akan meningkat secara drastis menjadi 4,4 juta ton pada tahun 2030. Atau  setara CO2 (tCO2e) jika menggunakan scenario Business as Usual (BAU) atau bila tidak melakukan strategi mitigasi.

Tahun 2010 jumlah emisi GRK Kota Bogor tercatat sebesar 2 juta. Jika tidak diimbangi adanya tindakan dan tetap melanjutkan gaya hidup saat ini akan memberikan dampak negatif seperti peningkatan suhu udara, perubahan curah hujan yang tidak menentu, peningkatan frekuensi bencana alam, penurunan kualitas udara dan yang lainnya.

Demikian dijelaskan Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor saat membuka kegiatan Press Conference Rencana Aksi Perubahan Iklim di Kinanti Room Hotel Salak The Heritage, Jl.Ir.H.Juanda Kota Bogor, Kamis (27/10/2016). 

Menurut Ade diperlukan adanya satu tindakan yang disusun secara strategis dan sistematis untuk menyikapi  kondisi di atas. “Dengan strategi ini diharapkan mampu menumbuhkan Kota Bogor sebagai kota yang berkelanjutan, tetap nyaman untuk dihuni dan dikunjungi. Banyak aksi yang telah dilakukan Pemkot bersama warga dan komunitas mulai dari sektor transportasi hingga pengelolaan sampah, namun belum memberikan dampak signifikan,” ujar Ade.

Lembaga konsultan Factor CO2 yang didukung Agence Francaise de Developpement (AFD) memberikan pertimbangan Energy and Climate Action Plan (ECAP). ECAP  atau Rencana Aksi Perubahan Iklim bertujuan mencapai masa depan kota yang rendah karbon dan tahan terhadap perubahan iklim. Ada 10 tindakan prioritas mitigasi pada sektor energy, transportasi, limbah, industri dan pertanian, kehutanan dan tataguna lahan (AFOLU).


Terdapat 4 strategi potensial yang dimulai dari sektor energi dengan mempromosikan penggunaan peralatan dan perkakas secara efisien di lingkungan perkantoran, perniagaan, pemukiman dan industri, pengembangan sistem angkutan umum rendah karbon berkelanjutan dan mendorong pengendara sepeda, pejalan kaki dan angkutan umum pada sektor transportasi. “Peningkatkan promosi 3 M (Mengurangi, Menggunakan kembali dan Mendaur ulang sampah) untuk sektor limbah dan penghijauan/penanaman hutan dan tata ruang kota yang asri disektor AFOLU,” tegas Ade. 

Dengan ada perlakuan di atas, maka Kota Bogor hanya akan mengalami peningkatan emisi GRK sebesar 18 % pada tahun 2030 atau 2,3 juta tCO2e dibandingkan dengan kondisi tahun 2010. Hal ini jauh lebih baik daripada mengalami peningkatan sebesar 123 % (4,4 juta tCO2e) jika tanpa strategi,” tegasnya. 

Selanjutnya Pemkot Bogor berinisiatif membangun dan mengembangkan strategi kampanye penyadaran melalui tindakan sederhana bagi warga untuk lebih mendukung strategi tersebut dengan tujuan akhir meningkatkan reputasi Bogor sebagai kota terhijau di Indonesia. (rabas/indra-eto).