Beranda >

Berita > 3 Pilar Jadi Landasan Pembangunan Kota Bogor Ke Depan


07 Desember 2016

3 Pilar Jadi Landasan Pembangunan Kota Bogor Ke Depan

Saat ini Pemerintah Kota Bogor terus berupaya menjadikan Kota Bogor menuju kota hijau, kota pusaka dan kota cerdas. Ketiga pilar ini akan menjadi landasan pembangunan Kota Bogor ke depan.

Hal itu diungkapkan Wali Kota Bogor Bima Arya saat menjadi pembicara dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Asosiasi Dewan Kota se-Indonesia (Adeksi) 2016. Rakornas Adeksi tahun ini mengangkat tema “Penguatan Tupoksi DPRD dalam Mewujudkan Pembangunan yang Berwawasan Lingkungan”yang berlangsung di Ballroom Hotel Salak Heritage Bogor (7/12/2016). 

Bima menuturkan, dulu konon kabarnya Kota Bogor hanya di desain maksimal untuk 200 ribu orang, tempat para kumpeni indehoy. Sekarang penduduknya sudah 1 juta. Jadi diatas kertas dari logika dan nalar sederhana ini menjadi persoalan utama di Kota Bogor. Desainnya Kota peristirahatan tetapi penduduknya sudah 1 juta.

Bima menjelaskan, kondisi Kota Bogor yang memiliki keterbatasan luas lahan, sementara pertumbuhan kendaraan bermotor 14% per tahun. Sedangkan pertumbuhan infrastruktur jalan hanya 0,1%. Setiap hari 600 ribu orang pulang pergi Jakarta-Bogor, setiap hari pula orang Cianjur dan Sukabumi lewat Kota Bogor pergi ke Jakarta. Demikian pula setiap akhir Minggu 300 ribu warga Jakarta menyerbu Kota Bogor untuk wisata kuliner. Kebun Raya yang menjadi salah tujuan mereka saat ini tidak memiliki tempat parkir. 

Keadaan tersebut, menurut Bima, menyebabkan kemacetan dan menjadi tantangan utama Kota Bogor. Pemerintah Kota Bogor tidak berdiam diri dan terus bergerak menuju tiga pilar. Pertama heritage city, kedua green city dan ketiga smart city. Semua kegiatan Kota Bogor diarahkan ke tiga pilar itu. “Kalau orang bertanya kang Bima Bogor mau dibawa kemana ? Nah inilah jawabannya, menuju kota hijau, menuju kota pusaka dan menuju kota cerdas,” ungkap Bima.

Ia menambahkan, lingkungan hidup menjadi salah satu isu utama dengan agenda membenahi masalah tata ruang. Karena semua awalnya dari tata ruang yang memungkinkan pembangunan berkelanjutan. Bogor ini masalahnya hampir sama dengan semua kota di Indonesia yang apabila dibiarkan akan menjadi lautan angkot, PKL dan lautan ruko. “Kota Bogor lebih spesifik lagi karena pusat pemerintahan, wisata, perbelanjaan, pendidikan dan ibadah semua ada di tengah kota,” kata Bima. “Jadi semua bergerak ke pusat kota dan ini menjadi PR dalam pembenahan tata kota,” lanjutnya. 

Kota Bogor akan membuat zonasi, di buang ke pinggiran kota sehingga tersebar. Termasuk menolak LRT ke Baranang Siang agar bergeser ke Tanah Baru supaya sentra pertumbuhan digeser sedikit. “Bersama dewan kami sedang fokus untuk menyelesaikan revisi RDTR dan RTRW Kota Bogor karena itu merupakan landasannya. Jika itu tidak jelas maka semua menjadi tidak jelas,” terang Bima.

Jadi berbicara tata ruang yang berkelanjutan lanjut Bima, yang pertama saat ini eksekutif dan legislatif terus bersinergi. Yang kedua, Kota Bogor juga sedang melebarkan pedestrian. Bukan melebarkan jalan. Inilah paradigma pembangunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan dengan bertumpu pada transportasi yang hijau. Hal ini untuk memuliakan pejalan kaki dan mengangkat harkat martabat transportasi publik sehingga warga merasa nyaman. “Kendaraan pribadi sudah terlalu banyak jadi warga kita paksa untuk naik kendaraan umum,” ujarnya. 

Namun, sambung Bima. Semuanya harus nyaman dan transportasinya diperbaiki dengan baik dan angkot akan digeser menjadi ttanspakuan. Prosesnya memang penuh liku dan kalau tidak ada dukungan anggota dewan tidak akan berjalan.

Selain membangun pedestrian, Kota Bogor juga sedang membangun taman kota. Taman untuk ruang terbuka hijau, untuk keindahan kota tetapi bukan hanya itu taman adalah oksigen jiwa dan karakter warga. 

Pembangunan lingkungan hidup lainnya,Pemerintah Kota Bogor juga menfasilitasi ruang-ruang publik, memberdayakan masyarakat melalui lomba kebersihan antar RT dengan menggandeng media. Berikutnya juga Kota Bogor menyediakan kawasan tanpa kendaraan bermotor (CFD) untuk digunakan warga sebagai sarana berolahraga.

Program lingkungan hidup lainnya di Kota Bogor yaitu KTP nisasi pohon. Pemkot Bogor menggandeng Balitbang Kehutanan untuk program ini. Demikian pula untuk mengatasi masalah sampah, Pemkot Bogor mendorong warga membangun bank sampah sehingga saat ini jumlahmya sudah mencapai 53. Dalam waktu dekat Kota Bogor juga akan melakukan pengadaan bis transpakuan untuk transportasi umum. (Tria/Indra-eto).