Beranda >

Berita > Evaluasi Hotel Untuk Wujudkan Kota Hijau


04 September 2014

Evaluasi Hotel Untuk Wujudkan Kota Hijau

Pemerintah Kota Bogor akan fokus menata kawasan Kebun Raya Bogor dan sekitarnya. Penataan yang dilakukan akan melibatkan beberapa OPD terkait. DLLAJ, Wasbangkim, DKP, BPLH, BPPT dan Bappeda adalah OPD yang akan bersentuhan langsung dengan masalah penataan kawasan Kebun Raya Bogor.

Sehubungan dengan hal tersebut, Walikota Bogor Bima Arya mengundang manajemen dari 7 hotel yang beroperasi di seputaran Kebun Raya Bogor untuk duduk bersama dan berbincang menentukan langkah apa yang akan diambil untuk mewujudkan Kota Bogor menjadi smart city yang berwawasan lingkungan tanpa meninggalkan nilai heritage yang ada.

Bertempat di ruang rapat III Balaikota Bogor (4/9), hadir perwakilan dari hotel Savero, hotel Royal, Holiday Inn dan Hotel Salak. Sedangkan hotel Swiss, hotel Amaris dan hotel Vave tidak hadir. Turut hadir juga Wakil Walikota dan perwakilan DLLAJ, Wasbangkim, DKP, BPLH, BPPT dan Bappeda. Tidak ketinggalan teman teman dari komunitas pemerhati lingkungan yang banyak memberi masukan dan saran dalam pertemuan tersebut.

refisiBangunanhotel10jpg

Langkah awal pertama yang akan diambil Pemerintah kota Bogor adalah melihat kesesuaian site plan yang ada dengan keadaan sebenarnya yang ada di lapangan.

“Pertemuan ini untuk mengantisipasi agar kedepan tidak ada konflik kepentingan yang terjadi”, kata Bima. “Pemerintah Bogor sama sekali tidak ingin mempersulit para pengusaha hotel, tapi lebih ke arah antisipasi mengingat sensitifitas publik yang luar biasa dewasa ini”, jelas Bima lebih lanjut.

Akan dibangun pedestrian yang luas mulai dari tugu kujang sampai Jl jalak harupat, yang akan menjadi landmark Kota Bogor. Sehingga menarik para wisatawan untuk beraktifitas. “Untuk itu perlu keselarasan antara Pemkot Bogor dan para pengelola hotel”, kata Bima lebih lanjut. Diharapkan juga semua bangunan hotel yang ada berkonsep green building, hemat energi dan ramah lingkungan. “Karena ini mimpi kita untuk menciptakan Bogor kota sejuta taman”, lanjut Bima. Diharapkan pihak hotel ikut berkontribusi dengan membangun pedestrian yang ada didepan hotelnya masing masing.

Para pengelola hotel pun diminta untuk tidak menggunakan air tanah yang ada untuk kepentingan komersil, tapi memakai air yang disediakan PDAM. Hal ini berhubungan hasil survey BPS dan hasil analisa konsultan lingkungan hidup di tahun 2012 yang menyatakan ketersediaan air bawah tanah dalam kondisi krisis terutama di kawasan keris (kebun raya dan istana), yang ditenggarai karena banyaknya pemboran air bawah tanah di lingkungan sekitar keris. Karena peruntukan air bawah tanah hanya untuk alternatif saja selama ada perusahaan penyedia air bersih. “Kedepannya penggunaan air bawah tanah mutlak tidak boleh dipergunakan”, tandas Bima.

refisibangunanhotel11

Penggunaan AC yang melepaskan karbon ke udara dalam bangunan hotel juga mendapat perhatian. Hal tersebut secara langsung meningkatkan suhu udara Kota Bogor. Dan perlu ada kompensasi dari pihak hotel dengan menanam sejumlah pohon yang disesuaikan dengan jumlah unit AC yang dipergunakan.

Arus keluar masuk kendaraan dari atau ke hotel berikut ketersediaan lahan parkir yang ada juga akan di evaluasi. Sehingga tidak ada kendaraan dari tamu hotel yang parkir di bahu jalan karena akan mengganggu pemakai jalan lainnya.

Para pelaku industri kecil, ekonomi kreatif dan UKM juga turut diperhatikan oleh Pemkot Bogor. Diharapkan terjadi sinergi antara pengusaha kecil Kota Bogor dengan pengusaha hotel. “Saya tidak akan menandatangani ijin berdirinya hotel sebelum dipastikan ada serapan yang maksimal bagi berkembangnya perekonomian di Kota Bogor”, tegas Bima. Diharapkan 100% dapat memakai produk lokal Kota Bogor, termasuk SDM yang diserap diutamakan dari penduduk sekitar hotel.

Satu hal yang pasti, kita perlu duduk bersama untuk menyelaraskan tujuan kita mewujudkan Kota Bogor menjadi smart city yang berwawasan lingkungan tanpa meninggalkan nilai heritage yang ada dan tetap menarik minat para investor serta menyerap produk lokal yang ada dengan maksimal. (sisco sirait/lani)