Beranda >

Berita > Ada Perkelahian di Acara Penilaian Posyandu Tingkat Provinsi


15 September 2014

Ada Perkelahian di Acara Penilaian Posyandu Tingkat Provinsi

Rombongan Tim Penilai Provinsi yang didampingi Ibu Walikota Yane Andrian, Ibu Wakil Walikota, Lurah Kebon Kelapa Nana Sumarna dan anggota rombongan lainnya yang sedang berjalan menuju lokasi acara Penilaian Lomba Posyandu Tingkat Provinsi terkejut oleh kedatangan beberapa remaja yang terengah-engah dengan wajah ketakutan. Para remaja tersebut melaporkan adanya pertengkaran sepasang suami istri.

Kebetulan diantara rombongan ada anggota Babinsa yang hadir dan sigap menanggapi laporan para remaja tersebut. Benar saja tidak jauh dari situ terjadi pertengkaran sengit antara sepasang remaja belia yang segera ditengahi Lurah Kebon Kelapa. Nana sebagai aparat pemerintah memberi wejangan dan nasihat inilah akibat menikah diusia dini.

berantem12

Para anggota rombongan yang sempat terbawa suasana ikut menyimak penjelasan Lurah. Yaa…. ternyata itu hanya gimmick kreatif yang dilakukan anggota PIK Remaja dari Kelurahan Kebon Kelapa untuk menyambut Tim Penilai dan rombongan sekaligus mengingatkan untuk tidak menikah di usia dini.

Sebelumnya rombongan diterima secara resmi di aula BPMKB dan diterima oleh Kepala BPMKB Kota Bogor Drs. Irwan Riyanto, didampingi Camat Bogor Tengah Adi Novan, Ketua TP. PKK Kota Bogor Yane Ardian, dan Wakil TP. PKK Kota Bogor, serta Ketua TP. PKK Kecamatan Bogor Tengah (15/9).

Di BPMKB, Tim Penilai yang diketuai Rini Aryanti dari BPMD Provinsi Jawa Barat mendengar dengan seksama ekspose dari Kepala BPMKB. Dalam eksposenya Irwan menjelaskan banyak hal yang sudah dicapai gerakan Posyandu di Kota Bogor. Sampai dengan tahun 2013 tercatat ada 961 Posyandu yang ada di Kota Bogor.

berantem14

Dan ada banyak kegiatan pengembangan dari Posyandu yang sudah dicapai. Diantaranya Bina Keluarga Balita (BKB) 324 kelompok, Bina Keluarga Lansia (BKL) 364 kelompok, Bina Keluarga Remaja (BKR) 201 kelompok, Pusat Informasi Konseling bagi Remaja (PIK Remaja) 37 kelompok,

Kelompok Pembina Kesehatan Ibu & Anak (KPKIA/KElas Ibu), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD), Penyediaan Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PAB-PLP), Pemanfaatan Pekarangan (TOGA), Desa/Kelurahan Siaga dan RW Siaga, Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Penemuan Dini dan Pengamatan Penyakit Potensial KLB (misalnya Kispa, DBD, Gizi Buruk, Polio, Campak, Difteri, Pertusis, Tetanus, Posyandu Tumbang), Kelompok Donor Darah dan Bank Sampah.

Irwan juga menyampaikan beberapa permasalahan yang dihadapi Posyandu di Kota Bogor. Seperti banyak Posyandu yang belum memiliki gedung sendiri beserta sarana dan pra sarananya, belum tergalinya potensi sosial dan budaya yang ada di sekitar Posyandu, dominan dimanfaatkan oleh sektor kesehatan, sulitnya regenerasi Kader, beberapa wilayah tertentu (khususnya komplek perumahan) peran serta masyarakat masih kurang, kader yang ada kebanyakan sudah berusia Pra Lansia dan Lansia dan berperan sebagai Ibu Rumah Tangga, latar pendidikan kader pada umumnya relatif rendah.

Diakhir eksposenya Irwan juga berpamitan, karena mulai hari ini memiliki tanggung jawab baru di Dinas Kebersihan Pertamanan Kota Bogor. “Saya mohon maaf apabila selama ini saya cerewet, karena saya ingin BPMKB membawa perubahan yang berarti bagi masyarakat Kota Bogor”, jelas Irwan.

Setelah melihat Sekretariat Pokjanal Posyandu yang ada di BPMKB, Tim Penilai Tingkat Provinsi bergerak menuju Posyandu Wijaya Kusuma RW.7 Sindangsari Kelurahan Kebon Kalapa Kecamatan Bogor Tengah. Dan terjadilah potongan gimmick yang berisi nasihat tidak menikah di usia dini tersebut.

Tim Penilai Tingkat Provinsi terdiri dari 5 orang. Diketuai Rini Aryanti dari BPMD dan beranggotakan Sri (BPMD), Euis (PKK Tk Provinsi), Nok Aen (Dinkes Provinsi), Julianto (Biro Yansoso Setda Jabar) diterima dilokasi Posyandu Wijaya Kusuma RW 7 Sindangsari Kelurahan Kebon Kelapa Kecamatan Bogor Tengah oleh Sekrertaris Daerah Kota (Setdakot) Bogor Drs.H. Ade Sarip Hidayat. Turut hadir pula para Lurah se-Kecamatan Bogor Tengah, ketua RW-RT, tokoh Agama dan tokoh masyarakat se-Kelurahan Kebon Kalapa.

berantem16

Dalam sambutannya Sekdakot Bogor Ade Sarip mengatakan Posyandu merupakan sebuah pos pelayanan kesehatan dan khusus untuk kepentingan ibu dan anak. “Ada 961 Posyandu dengan jumlah anak usia balitanya kurang lebih hampir 9 ribu orang dan hampir 95,43% mendapatkan layanan dan tercatat di Posyandu, ini luar biasa”, sambut Ade. “masyarakat Kota Bogor sangat luar biasa memberikan kepercayaan kepada Posyandu sebagai pos kesehatan, pos untuk meningkatkan kualitas kesehatan anak”.

Posyandu Wijaya Kusuma RW 7 Sindangsari Kelurahan Kebon Kelapa Kecamatan Bogor Tengah berdiri sejak 1998 dengan kader awal sejumlah 3 orang. Perlahan tapi pasti mulai berkembang, dan saat ini menjadi Posyandu terbaik yang mewakili Kota Bogor di Provinsi Jawa Barat.

Rini Aryanti, Ketua Tim Provinsi mengatakan Lomba Posyandu dan Kader Posyandu bertujuan untuk memotivasi para penyelenggara Posyandu agar dapat mempersembahkan prestasi terbaiknya dan sekaligus menjadi ajang untuk melaksanakan evaluasi atas berbagai tatanan dan harapan yang dituangkan dalam norma dan target dalam penyelenggaraan Posyandu di Provinsi.

Tim Penilai tidak hanya akan melihat Posyandu yang diunggulkan, tapi juga akan melihat kinerja atas pembinaan yang di jalankan oleh Pokjanal Posyandu Kota Bogor, Pokjanal Posyandu Kecamatan Bogor Tengah dan Kelurahan Kebon Kalapa. Melaui kegiatan ini Rini berpesan bahwa Lomba Posyandu tidak hanya semata-mata mencari kejuaraan, tapi agar lebih dimaknai sebagai sebuah upaya evaluasi atas apa yang sudah dilaksanakan, sehingga dapat meningkatkan dikemudian hari.

“Penilaian pembinaan atas kinerja Posyandu harus dilaksanakan secara berkesinambungan dengan menggerakan setiap potensi yang tersedia pada setiap jenjang Pokjanal atau Pokja Posyandu, sehingga keberadaan Pokjanal Pokja Posyabdu harus senantiasa dilakukan optimalisasi peran dan fungsinya”, tutup Rini.

Yaa benar berkelanjutan adalah kata kunci agar keberadaan Posyandu dapat benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat banyak. Tidak hanya ‘hangat’ pada saat ada lomba dan penilaian saja. Tetapi harus selalu terus menerus ‘hangat’ dan memberi palayanan sepanjang waktu kepada masyarakat. (sisco sirait/ismet)