Beranda >

Berita > Studi Kohor PTM dan TKA Balitbangkes, 2 Ibu Meninggal Dunia dan 25 Keguguran


25 April 2017

Studi Kohor PTM dan TKA Balitbangkes, 2 Ibu Meninggal Dunia dan 25 Keguguran

Hasil Studi Kohor Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular (PTM) dan Tumbuh Kembang Anak (TKA) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2012 - 2016 yang meliputi 5 kelurahan di Kota Bogor terdapat 2 kasus, yakni 2 ibu meninggal dunia dan 25 keguguran. Data tersebut diperoleh dari 5.000 responden PTM dewasa yang dipantau kesehatannya 3 kali dalam setahun dan responden TKA 920 anak yang dipantau setiap bulan dari 918 ibu hamil

“Tercatat sepertiga atau 28,7 hingga 32,1 persen ibu hamil dengan kondisi beresiko dikarenakan umur beresiko (kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun), berat badan ketika pra hamil kurang dari 45 kg, pertambahan berat badan selama kehamilan kurang dari 11 kg dan hipertensi. duapertiga atau 40,6 persen ibu hamil dengan tinggi badan kurang dari 150 cm dan sepertiga atau 20 persen responden mengalami anemia,” ujar Kepala Pusat dan Kepala Bidang Kesehatan Balitbang Kemenkes Dr Felly Philipus Senewe, saat ekspose dihadapan Wali Kota Bogor Bima Arya di ruang Paseban Sri Bima, Balaikota Bogor, Selasa (25/04/2017).

Sementara untuk TKA dengan jumlah responden diamati sebanyak 920 anak (usia 0 sampai 54 bulan) hasilnya 105 anak drop (tidak bisa dipantau) dimana 33 anak meninggal, 72 pindah dan berhenti. “Setelah diikuti sampai dengan usia 4 tahun, ternyata anak yang pendek saat kelahiran berat lahirnya kurang dari 3 kg, panjang kurang dari 50 cm, tinggi badan ibunya kurang dari 150 cm, usia ibu ketika hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun serta tidak mendapat ASI eksklusif, pada umur 27 bulan 60 persen anak kecerdasannya dibawah rata-rata. Ditambah kondisi dalam dan luar rumah yang kotor, tempat membuang sampah yang masih sembarangan, ventilasi dan cahaya rumah yang kurang memadai,” jelas Dr.Felly.

Untuk hasil studi kohor PTM sampai dengan tahun 2016 di dapat data jumlah morbiditas Sindrome Metabolik, 597 kasus dengan umur termuda 30 tahun, Diabetes Militus (DM), 299 kasus dengan usia termuda 31 tahun, Penyakit Jantung Koroner (PJK) 138 kasus dengan usia termuda 46 th dan Stroke, 81 kasus dengan usia termuda 42 tahun.

“Sindrome Metabolik itu sendiri adalah titik awal terjadinya berbagai penyakit tidak menular dan kondisi gangguan kesehatan yang belum menimbulkan penyakit. Kriterianya itu obesitas sentral dimana lingkar perut lebih dari 80 cm bagi wanita dan lebih dari 90 cm bagi pria, darah tinggi dengan tekanan lebih dari 130/85, gula darah tinggi lebih dari 110, Trigliseride  (kolesterol jahat) tinggi lebih dari 150 dan HDL (kolesterol baik) rendah lebih dari 40 bagi wanita dan lebih 50 pria,” tuturnya.

Selain itu jumlah meninggal dunia (Mortalitas) sampai dengan tahun 2016 berdasarkan studi kohor PTM didapat kasus penyakit stroke berada ditingkat pertama dengan angka 20 kasus, diikuti Diabetes Militus (DM) sebanyak 13 kasus dan Penyakit Jantung Koroner (PJK) sebanyak 8 kasus. Sementara kecepatan kejadian  per tahun Sindrome Metabolik dan PTM didapat 137.000 orang untuk Sindrom Metabolik, DM 27.000 orang, PJK 17.000 orang dan Stroke 7.000 orang,” Ini dengan asumsi penduduk Kota Bogor 1 juta orang.

Hasil penting dari studi Kohor PTM kata Dr. Felly, Sindroma Metabolik (SM) jumlahnya sangat banyak (597 orang) dengan usia termuda 30 tahun dan SM bisa menjadi masalah utama yang perlu dicegah sejak usia remaja. ”Untuk TKA anak yang lahir dengan berat badan lahir kurang dan pendek jumlahnya lebih dari 35 persen, lahir dari ibu yang berisiko. Penanganannya harus dimulai dari masa pra hamil bahkan sejak usia remaja melalui edukasi,” katanya. (humas:rabas/lani) SZ