Beranda >

Berita > Cerita Pegiat Membaca Di Bogor Diundang Presiden Ke Istana


10 Mei 2017

Cerita Pegiat Membaca Di Bogor Diundang Presiden Ke Istana

Yusuf Sofyan (24) warga kampung Al Busyro RT 03 RW 02, Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor bersama tujuh temannya tak pernah bermimpi bertemu dan bersalaman dengan Presiden Joko Widodo. Namun hal tersebut terjadi ketika Yusuf  dan temannya diundang Presiden di Istana Negara, Jakarta, Selasa (02/05/2017) lalu dalam rangka Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) sebagai pegiat gemar membaca di Indonesia.

Yusuf yang merupakan Presiden Pos Pintar yang mewakili Kota Bogor datang ke Istana dan lebih dari 35 orang dari pelosok Indonesia disambut  langsung oleh Presiden, ada yang berasal dari Jakarta, Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur hingga Papua.

Lulusan sekolah Kejar Paket C itu mengaku merasa prihatin banyak warga di wilayahnya tidak bisa membaca karena putus sekolah dan ia dan temannya berinisiatif untuk mendirikan taman bacaan yang dinamakan Pos Pintar dengan buku yang berasal dari swadaya masyarakat sekitar. “Awalnya kami mendirikan Pos Pintar ini karena melihat banyak anak-anak yang pulang sekolah langsung main dan banyak yang engga bisa baca. Alhamdulillah bulan Maret 2017 terbentuk Pos Pintar meskipun buku bacaannya masih terbatas,” kata Yusuf saat ditemui, Rabu (10/07/2017).

Ia mengaku kaget diundang oleh Presiden ke Istana Jakarta sebagai salah satu pegiat gemar membaca di Indonesia, sebab Pos Pintar yang berada di dalam pos kayu sederhana yang beratap seadanya ini belum lama didirikan. “Jadi awalnya saya diberitahukan pihak Sekolah Relawan  ada undangan dari Presiden, ada 8 orang yang ke Istana Presiden dari Pos Pintar,” tuturnya.

gubukpintar1

Dalam arahan Presiden kata Yusuf, program Pos Pintar ini harus terus dijalankan dan dikembangkan. Bahkan Presiden berpesan jangan pantang menyerah karena membaca ini merupakan ajaran Al- Qur’an yaitu Iqro (Bacalah) dan sebagai upaya untuk mencerdaskan bangsa. “Pak Jokowi juga menjanjikan akan memberikan 10.000 buku bacaan dan nanti dikirim secara dicicil,” ujarnya.

Dia mengaku kendala yang dihadapi saat ini adalah buku bacaan sumbangan swadaya dari masyarakat tidak semuanya dapat dibaca oleh anak-anak, karena bahan bacaan untuk anak-anak harus benar-benar mendidik. “Saat ini baru ada sekitar 2.000 buku, setelah disortir kira-kira ada 1.000 buku yang layak dibaca oleh anak-anak. Kami tentunya menerima kalau ada yang mau menyumbangkan buku bacaan dari siapapun,” akunya.

Didukung Ketua Karang Taruna Katulampa Kusyana, Yusuf berkomitmen akan terus berupaya mengembangkan Pos Pintar ini meski pengurusnya rata-rata putus sekolah karena faktor ekonomi. “Jadi nantinya tidak hanya menjadi taman bacaan saja, ada juga taman Grafity, tempat latihan jaipong, bahkan Sabtu Minggu anak-anak diarahkan untuk mulung sampah sekitar sini dan kantor Kelurahan Katulampa,” kata Yusuf.

Sementara itu, salah satu pengurus Pos Pintar, Firmansyah (20) yang merupakan anak yatim mengaku ingin terus belajar membaca karena ia terpaksa putus sekolah sejak dibangku SD kelas 1 karena faktor ekonomi. “Alasan saya keluar dari sekolah karena terkendala biaya dan memilih buat kerja ikut narik angkot. Tapi setelah ikut disini saya semangat untuk mau belaiar, karena tidak ada kata terlambat buat belajar,” ujarnya. (Sadam/lani) SZ