Beranda >

Berita > Bima : Kesalehan Individual dan Kesalehan Ritual Adalah Dasar Kesalehan Sosial


18 Juni 2017

Bima : Kesalehan Individual dan Kesalehan Ritual Adalah Dasar Kesalehan Sosial

Sepekan diakhir bulan ramadhan 1438 Hijriah, Wali Kota Bogor Bima Arya berkesempatan menjadi narasumber dalam kegiatan kajian I’tikaf Ramadhan di Masjid Raya Kota Bogor, Sabtu (17/06/2017) malam. Kegiatan dimulai seusai pelaksanaan ibadah sholat tarawih dengan dipenuhi para jamaah, dalam paparannya Wali Kota membagi empat tipe orang dalam menjalankan ibadah.

Pertama adalah tipe pedagang, yang menjalankan ibadah dengan menghitung untung dan rugi. Kedua adalah tipe budak, yang menjalankan ibadah karena takut akan siksa neraka dan takut akan hal-hal setelah mati. Ketiga adalah tipe robot, dalam menjalankan ibadah bersifat otomatis, beribadah tanpa substansi, tanpa pemikiran dan tanpa pemikiran. 

Kemudian keempat adalah tipe yang paling ideal, tipe orang-orang arif katanya. Seperti apakah mereka ? Mereka itu adalah orang-orang yang malu kepada Allah SWT, yang tidak ingin mengecewakan Tuhannya karena telah banyak diberi nikmat dan sehat, segala sesuatunya dilakukan hanya untuk meraih keridhaan sang-Khalik (pencipta). "Sekarang kita renungi bersama, termasuk dalam tipe manakah kita," tanya Bima kepada semua jamaah yang hadir.

Ia juga menanyakan termasuk tipe yang manakah anak, istri dan suami, keluarga dan saudara-saudara serta sahabat-sahabat kita. Sangat rugi jika manusia telat beranjak dari tipe robot ke tipe arif. "Naudzubillahinmindzalik jika sampai akhir hayat jika kita tidak beranjak ke tipe arif," kata Bima.

Menurutnya, sangat penting pemahaman antara kesalehan ritual dan kesalehan sosial. Kesalehan sosial merujuk kepada perilaku yang betul-betul Islam, nilai-nilai substantif yang ada dalam Al-Qur’an yang diteladani dan dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. "Jadi bukan hanya ditandai oleh kuantitas sholat tetapi juga kualitas sholat dan yang paling penting dalam konteks kesalehan sosial itu sejauh mana kita memberi manfaat dan kebahagian bagi lingkungan, alam dan seisinya,” jelas Bima.

Semua ibadah yang dijalankan umat muslim sambung Bima harus menjadi rahmat bagi semua, karena Islam adalah agama yang rahmatan lil Alamin. "Sebagai khalifah (pemimpin), keberadaan kita harus memberikan manfaat tidak hanya bagi sesama tetapi juga bagi hewan dan tumbuhan," terangnya.

Ibadah lanjut Bima dibagi menjadi dua ibadah yakni ibadah yang manfaatnya berpulang bagi diri sendiri dan ibadah yang manfaatnya juga dirasakan oleh kepentingan 
umum. 

Dalam dimensi kesalehan ritual dan kesalehan sosial jangan pula dipisahkan secara kaku, kedua dimensi tersebut merupakan suatu keharusan, itulah yang disebut Islam yang kaffah, total, komprehensif.

Bima mengutip salah satu hadits yang menceritakan seseorang yang sholatnya rajin tetapi gemar menyakiti orang lain, bagaimana itu Rasul ? tanya sahabat. Neraka baginya, jawab Rasul singkat. Keseimbangan antara ushali dan usaha, ushali menggambarkan niat kita secara ukhrawi tetapi usaha menggambarkan konsep kita dalam konteks duniawi.

Dalam pemahaman yang lebih komprehensif yang memegang kunci untuk sukses adalah kombinasi dari ibadah dan ruhiyah yang maksimal, duniawi dan ukhrowi. “Itu yang saat ini masih banyak prakteknya, bagaimana pembobotan terhadap duniawi, ukhrawi, terhadap Habluminallah dan Habluminannas yang belum sempurna dan belum seimbang," ujar Bima.

Ia menjelaskan, Prof. Komarudin Hidayat pernah menganalogikan kesalehan ritual dan kesalehan sosial ibarat burung dan sangkar, kita jangan percantik sangkarnya tetapi mengabaikan burungnya. Jangan sampai kita terpukau pada hal-hal yang sifatnya simbolik ritualistis, 
tetapi dalamnya tidak. 

"Baju lebaran yang baru adalah bungkus, bermeriah-meriahan ketika datang lebaran adalah bungkus. Bungkus dan isi, ini adalah tantangan kita bersama. Tapi 
jangan juga kita mengdikotomikan hal itu, tidak mungkin ada kesalehan sosial tanpa kesalehan individual. Kesalehan individual dan kesalehan ritual adalah basic nya. Ketika pemahamannya semakin kaffah Insya allah akan semakin baik,” kata Bima.

Diakhir kajian yang bertemakan Kajian Islam dan Kesalehan Sosial, Bima memberikan kesempatan bagi para jamaah untuk bertanya terkait materi yang disampaikan dengan kebijakan yang diambil Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor demi terciptanya kesalehan sosial dengan dasar kesalehan individual dan kesalehan ritual. (humas:rabas/indra) SZ