Beranda >

Berita > Pengembangan Kampung Tengah Yang Rendah Emisi Berbasis Komunitas.


24 Oktober 2014

Pengembangan Kampung Tengah Yang Rendah Emisi Berbasis Komunitas.

Daerah Kampung Tengah di Kota Bogor adalah wilayah yang meliputi jalan Suryakancana dan juga wilayah Empang identik dengan begitu banyak bangunan heritage dan juga seni budaya maupun kuliner yang khas. Kampung Tengah menjadi magnet yang begitu kuat bagi para pelancong yang datang ke Kota Bogor maupun para pedagang yang menjajakan jualannya. Dahulu jalan Suryakancana disebut jalan perniagaan karena menjadi pusat perniagaan di Kota Bogor.

Belakangan ini pembangunan yang dilaksanakan cenderung melupakan aspek heritage yang ada. Sudah ada beberapa bangunan yang menjadi saksi sejarah berubah rupa menjadi bangunan ruko hanya demi omset bisnis semata. Sejarah terjual demi rupiah. Syukur masih banyak pemerhati budaya dan juga orang orang yang masih peduli dengan masa lalu bangsanya.

Salah satunya adalah SEPAKAT (Sekretariat Pagoejoeban Kampoeng Tengah) yang secara terus menerus memberi pengertian akan pentingnya dan bernilainya bangunan heritage yang ada di wilayah Kampung Tengah kepada para pemilik bangunan.

kompungsurken12

Jumat (24/10) Pemerintah Kota Bogor, SEPAKAT dan juga Urban Leads ICLEI mengadakan pertemuan di Resto Galeri Kencana, jalan Suryakancana, Bogor, untuk membahas kawasan pengembangan Kampung Tengah yang rendah emisi. Urban Leads ICLEI adalah Proyek Perkotaan-LED, yang didanai oleh Komisi Eropa, dan dilaksanakan oleh UN-Habitat dan ICLEI, memiliki tujuan meningkatkan transisi ke emisi rendah pembangunan perkotaan.

Walikota Bogor Bima Arya hadir untuk mendengarkan pemaparan dari Urban Leads ICLEI dan juga SEPAKAT serta beberapa tokoh masyarakat yang hadir. Strategi dan juga rencana pengembangan wilayah Kampung Tengah serta beragam permasalahan yang terjadi di lapangan didengarkan langsung oleh Walikota Bogor. Tampak juga hadir Kepala Bappeda Hari Sutjahjo, Kepala Disbudpar Shahlan Rasyidi, Kepala DLLAJ Achsin Prasetyo dan Kepala BPLH Lilies Sukartini.

Urban Leads ICLEI ingin bekerjasama dengan Pemerintah Kota Bogor dalam pembangunan untuk lebih melayani masyarakat Kota Bogor dengan fasilitas yang lebih rendah emisi. Salah satu yang akan dilakukan adalah merevitalisasi kawasan kota tua dengan menambah teknologi yang rendah emisi seperti lampu LED, pemakaian panel surya untuk sumber energi, juga membantu mendisain kawasan pedestrian dan jalur sepeda dengan tujuan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor.

Pembangunan yang dilakukan harus terintegrasi dengan sistem transportasi massal yang bisa menjadi pilihan bagi masyarakat. Demikian jelas Irvan Pulungan, Country Director Urban Leads ICLEI Indonesia. “Karena hasil riset yang dilakukan membuktikan Kota Bogor memiliki emisi gas buang yang cukup tinggi dan hal ini menghilangkan kekhasan dari Kota Bogor sebagai kota yang sejuk dan memiliki curah hujan yang tinggi,” lanjut Irvan. Hal ini sejalan dengan visi yang sering kali disosialisakan Walikota Bogor Bima Arya untuk mengembalikan kejayaan Kota Bogor seperti dulu. Kota yang sejuk, indah dan nyaman. Urban Leads ICLEI akan menggelontorkan bantuan sebesar 115 ribu Euro untuk Kota Bogor.

Kedepannya semua bangunan baru harus rendah emisi dan ramah lingkungan, hal ini akan menurunkan emisi gas rumah kaca dengan turunnya emisi gas rumah kaca energi yang digunakan juga akan berkurang, dengan berkurangnya pemakaian bbm untuk sumber energi maka otomatis akan menghemat APBD.

Tingkat kerusakan asset cagar budaya begitu cepat, sedangkan kesadaran warga untuk merawat eksistensi bangunan heritage juga rendah. “Kita semua tidak boleh tinggal diam, sesungguhnya suatu aset yang sudah menjadi saksi sejarah adalah milik semua warga Kota Bogor,” jelas Mardi Lim seorang pemerhati sejarah Kota Bogor dan juga pengurus SEPAKAT. Aset Kota Bogor berupa sejarah memiliki potensi yang besar untuk pariwisata apabila dikembangkan. Bangunan heritage yang ada diwilayah Kampung Tengah pada umumnya adalah milik pribadi sehingga diperlukan pendekatan yang berkelanjutan untuk pelestariannya, disitulah letak tantangan yang paling berat jelas Mardi.

Walikota Bogor Bima Arya sesudah mendengarkan pemaparan dari bebagai sumber yang hadir memberikan pengarahan bahwa saat ini yang terpenting adalah sosialisasi kepada warga masyarakat. Karena konsep sudah ada. “Warga juga harus bergerak aktif dalam pembangunan yang dilaksanakan,” jelas Bima. Dinas terkait dan aparat perlu mengadakan pengawasan dan penyelamatan agar cagar budaya dan bangunan heritage yang ada tidak rusak atau berubah wujud tambah Bima. “Perlu juga adanya percepatan agar program segera bergulir,” jelas Bima lebih lanjut. Bima juga meminta Kepala DLLAJ untuk lebih memperhatikan masalah perparkiran di jalan Suryakancana. Parkir supaya lebih ditata agar kemacetan yang terjadi dapat terurai.

Kepala Bappeda Hari Sutjahjo juga menjelaskan dan memberi pengertian bahwa seluruh wilayah Kota Bogor nantinya akan ikut ditata juga. Tetapi ada prioritas wilayah mana yang harus didahulukan. Salah satu faktor diantaranya adalah kesiapan wilayah itu sendiri dan juga faktor sejauh mana cagar budaya dan bangunan heritage yang ada harus segera diselamatkan. “Jadi tidak ada diskriminasi dalam hal penataan wilayah Kota Bogor,” jelas Hari.

Yaa, kita memang harus segera melakukan tindakan nyata untuk menyelamatkan cagar budaya dan bangunan heritage yang ada. Tetapi tetap melaksanan pembangunan yang berwawasan lingkungan dengan melibatkan seluruh masyarakat, pemerintah dan stake holder yang ada. Jadi, kerja, kerja, kerja dan kerja.. (sisco sirait/lani)