Beranda >

Berita > Marak Kasus Bunuh Diri, Netty Ingatkan Pentingnya Interaksi Dalam Keluarga


31 Juli 2017

Marak Kasus Bunuh Diri, Netty Ingatkan Pentingnya Interaksi Dalam Keluarga

BANDUNG – Maraknya permasalahan sosial yang ada di masyarakat tentunya sangat memprihatinkan. Terlebih tindak kekerasan yang menimpa anak-anak baik fisik, psikis dan seksual. Ditambah saat ini yang membetot perhatian tentang kasus bunuh diri, bukan saja dilakukan oleh dewasa namun sekarang tidak segan dilakukan anak-anak. 

 

Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Jawa Barat, Netty Heryawan mengatakan anak merupakan produk keluarga. Apapun yang dilakukan menjadi pilihan anak-anak tidak dapat dilepaskan sepenuhnya dari pola pengasuhan, interaksi dan komunikasi dalam keluarga.

 

“Kalau pola ini dilakukan dengan baik, adanya kehangatan, keterbukaan dan kebersamaan maka setiap masalah yang dihadapi anak pasti akan diketahui orangtua. Dan setiap masalah pasti bisa didiskusikan apa yang menjadi solusi dan jalan keluarnya,” kata Netty pada Puncak Peringatan Hari Keluarga Nasional XXIV dan Hari Anak Nasional Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 di Sport Arcamanik Jalan Pacuan Kuda No. 120 Bandung, Minggu (30/7/2017).

 

Menurut Netty ada jenis orangtua yang tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam pengasuhan sehingga membuat anak menjadi introvert. "Sejatinya, anak dan keluarga tidak boleh ada sekat. Masalahnya anak-anak introvert ini cenderung mendapatkan orangtua yang tidak peduli dan empati apa yang dialami anak," katanya. 

 

“Sehingga ketika anak mengalami masalah dan merasa tidak ada jalan keluar, merasa sendirian dan akhirnya pilihan-pilihan yang diambil merugikan diri sendiri,” tegasnya.

 

Selain pengasuhan dan tipe kepribadian anak yang introvert, Netty mengingatkan untuk ditajamkannya social awarness. Masyarakat harus dapat mengidentifikasi anak yang mengalami depresi dan masalah berada sekolah atau ditengah lingkungan masyarakat.

 

“Peringatan Hari Keluarga dan Hari Anak ini dapat menjadi momentum kita bahwa anakku adalah anakmu, anakmu adalah anakku dalam konteks perlindungan. Siapapun yang menemukan anak Indonesia bermasalah, murung tidak ceria, tidak sehat dan kekurangan gizi seharusnya dapat difasilitasi dengan berbagai peran yang dimiliki oleh unsur masyarakat maupun unsur pemerintah,” harap Netty.(dikutip Humas Kota Bogor )