Beranda >

Berita > Pentingnya Kolaborasi Wujudkan Tiga Identitas Kota Bogor


12 Agustus 2017

Pentingnya Kolaborasi Wujudkan Tiga Identitas Kota Bogor

Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor berkomitmen mewujudkan tiga identitas kota yakni Kota Pusaka (Heritage City), Kota Hijau (Green City) dan Kota Pintar (Smart City) yang sudah disusun dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bogor 2015-2019, kolaborasi dengan akademisi sangat penting dalam mewujudkan tiga identitas kota tersebut. Hal tersebut dikatakan Wali Kota Bogor Bima Arya saat menghadiri acara Seminar dan Workshop Empowering Bogor Community to Face Global Challenges yang diselenggarakan Unit Pelatihan (UPT) Bahasa IPB di ruang Paseban Sri Bima, Balai Kota Bogor, Sabtu (12/08/2017).

"Tiga identitas kota itu yang kemudian diturunkan di semua rancangan pembangunan kegiatan-kegiatan di setiap dinas atau instansi di kota Bogor," kata Bima

Bima menerangkan, tiga identitas ini bukan tanpa alasan karena memang dalam sejarahnya kota Bogor sudah memilikinya, apalagi dengan adanya Kebun Raya Bogor yang hijau dan asri. "Kota hijau, bahwa dulu ratusan tahun yang lalu Bogor kota pertama yang dikenal di belahan timur sebagai kota hijau. Kota pusaka, karena ada kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran dan Smart City, karena Bogor memiliki beberapa Universitas yang berpengaruh dan tentunya memiliki kualitas baik," sebutnya.

Dalam membangun kota menurut Bima, dalam konsep Triple Helix disamping sektor bisnis, birokrasi dan para akademisi, komunitas menjadi elemen lain yang cukup penting untuk saling berkolaborasi. “Contohnya kerjasama dengan akademisi kami pernah mengundang pihak IPB untuk menyusun blue print Kota Bogor yang dituangkan dalam RPJMD. Selain itu, ada juga kerjasama Dinkes Kota Bogor dengan IPB yang membuat mobil curhat atau mobil anti galau,” tuturnya.

Saat ini Pemkot Bogor telah membagi kawasan-kawasan menjadi kawasan kota pusaka, seperti Tepas Salapan Lawang Dasakerta (TSLD) yang bernuansa kolonial, Lawang Suryakancana yang bernuansa China Heritage dan nanti akan dibangun Kampung Sunda. "Jadi kami sudah memiliki zonasi untuk membangun kota pusaka ini." ujar Bima.

Bima menekankan, bahwa dalam membangun kota tidak hanya jangka pendek tetapi jangka panjang dan untuk generasi kedepan, menuju Kota untuk keluarga, Kota Layak Anak, “Dinu Kiwari Ngancik Nu Bihari, Seja Ayeuna Sampeureun Jaga”. “Apa yang kita nikmati saat ini merupakan jerih payah para pendahulu dan apa yang kita kerjakan hari ini akan dinikmati anak cucu kita kelak. Jadi harus ada yang mengalir dari masa ke masa, dari waktu ke waktu yang membuat kota ini menjadi lebih nyaman,” paparnya.

Sementara itu, Wakil Kepala Unit Pelatihan (UPT) Bahasa IPB Husnileili Yusran menilai bahwa tiga identitas kota Bogor yakni Kota Pusaka (Heritage City), Kota Hijau (Green City) dan Kota Pintar (Smart City) bukan hal yang mustahil jika semua stakeholder bekerja sama. Sebab, harus ada sinergitas antara pemerintah, masyarakat, dan akademisi dalam mewujudkannya. “Tentunya kami sangat mendukung 3 identitas kota tersebut dan itu bisa terwujud, di acara seminar ini juga kami mengadakan lomba essay yang diikuti guru atau dosen se Bogor mengenai gagasan apa yang bisa dilakukan kedepan, ada 4 peserta yang lolos dan hari ini mereka mempresentasikan hasilnya,” jelasnya.

Ia berharap, hasil dari gagasan dan pemaparan para peserta dapat menjadi masukkan Pemkot Bogor untuk mewujudkan komitmennya membangun tiga identitas Kota Bogor tersebut.

Hadir dalam acara tersebut Dekan Fema IPB Arif, Satria, guru, dosen, dan perwakilan pelajar yang memiliki pengalaman pertukaran pelajar ke luar negeri. (SZ/Indra)