Beranda >

Berita > Di JAMPIRO 2017, Aher Kenalkan Jurnalisme Tabayyun


23 Agustus 2017

Di JAMPIRO 2017, Aher Kenalkan Jurnalisme Tabayyun

YOGYAKARTA -- Pers, media massa, ataupun media sosial, memiliki sejumlah fungsi. Diantaranya, fungsi informasi yang menyajikan berita kepada masyarakat tentang suatu kejadian. Kemudian Fungsi hiburan yang bermuatan minat masyarakat, atau entertainment. Fungsi pendidikan yang menyajikan pengetahuan. Serta yang terpenting adalah fungsi kontrol sosial, dimana media menjadi penyeimbang terhadap peran sosial dan politik masyarakat.  

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) menyatakan, informasi yang disajikan media, haruslah merupakan fakta, kejadian yang benar, atau berasal dari narasumber yang kredibel.  

Karena kata Aher, melihat kondisi saat ini, sangatlah rawan masyarakat mengkonsumsi berita bohong, bahkan fitnah, yang kini diistilahkan 'hoax'. Tak jarang, berita yang mengkhianati kode etik tersebut juga mengandung unsur adu domba, bahkan dengan bahasa yang kurang baik. Namun mirisnya, justru tak sedikit masyarakat yang malah reaktif dan turut menjadi penyebar informasi 'hoax' tersebut.  

Adapun fenomena 'hoax' sambung Aher, merupakan efek samping dari kemajuan teknologi informasi. Tumbuh kembangnya penggunaan media sosial, membuat setiap orang bisa memposisikan dirinya sebagai jurnalis (citizen jurnalisme), yang dengan mudah disebar luaskan secepat kilat berkat internet.  

"Kini setiap orang bisa berperan sebagai pers, Ia bisa buat berita sendiri, menyebarkan sendiri. Kalaulah disebuah perusahaan media ada pimpinan redaksi (pimred), ya setiap orang bisa jadi pimred juga untuk dirinya masing-masing," ungkap Aher, pada acara Jambore PR Indonesia (JAMPIRO), di Ballroom Hotel Grand Keisha, Jalan Gejayan No. 9, Yogyakarta, Rabu (23/08/17).  

Menurut hasil survey Puskakom UI dan APJII penggunaan internet terbanyak adalah; jejaring sosial 87,4%, mesin pencari 68,7%, chatting 59,9%, dan pencarian berita 59,7%.  

Gubernur Aher pun mencontohkan bahwa 'hoax' pun telah ada sejak jaman Rasulullah SAW. Seperti contohnya, fitnah Al Walid bin Urwah kepada Bani Mustahiq yang hampir menyebabkan perang. Serta contoh lainnya, fitnah kaum Munafik kepada Ummul Mukmin Siti Aisyah hingga menyebabkan perpecahan ummat.  

Maka untuk menjawab fenomena liteterasi media yang menyimpang pada masyarakat tersebut, Gubernur Aher menawarkan konsep Jurnalisme Tabayyun.  

Dalam Jurnalisme Tabayyun, Aher menganjurkan setiap masyarakat yang menerima berita, selalu teliti dalam memperhatikan narasumber. Selain itu, penerima berita perlu juga teliti memeriksa konten dan bukti, atau fakta berita dari narasumber. Aher mengimbau masyarakat, agar tidak tergesa-gesa untuk menyebarkan berita ketika baru diterimanya, dengan merujuk prinsip bukan saja 'cover both sides' namun 'cover all side'.

 

Aher juga menuturkan sejumlah pilar Tabayyun, yaitu 'shidiq', pembela dan penegak kebenaran. Artinya pers harus berpihak dan membela kebenaran. Kemudian Amanah, artinya terpercaya dan dapat dipercaya. Seorang jurnalis harus jujur dengan data dan fakta dilapangan, tidak boleh memanipulasi bahkan mendistorsi fakta. 

"Tabligh, menyampaikan, seorang jurnalis harus menginformasikan berita atau kejadian yang sesungguhnya. Tentu tak ketinggalan yaitu Fathonah, artinya cerdas dan berwawasan luas" Sambung Aher.  

Maka Gubernur mengajak masyarakat dan insan pers untuk membangun pers yang sehat. "Semua bersepakat membangun pers yang sehat. Kebebasan pers membangun kesadaran kolektif bangsa agar mengakselerasi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. kebebasan berbatasan dengan kebebasan yang lain. Mengedukasi masyarakat agar sadar akan hak dan kewajibannya," Ujar Aher.  

Aher Raih Penghargaan The Best Communicators 2017

 

Masih pada acara yang sama, PR INDONESIA memberikan penghargaan kepada setiap sosok pemimpin yang berhasil mewujudkan reputasi positif kementerian/lembaga/pemerintah daerah/korporasi/organisasi di mata stakeholders. Penghargaan tersebut bertajuk “PR INDONESIA Best Communicators 2017”.  

CEO & Founder PR Indonesia Asmono Wikan mengatakan, untuk mendapatkan sosok pemimpin dimaksud, pihaknya bekerjasama dengan perusahaan media monitoring, Indonesia Indicators. "Kami menghimpun data sepanjang 1 Januari – 30 Juni 2017 untuk mencari sosok pemimpin yang paling banyak mendapat pemberitaan positif di 13 media cetak mainstream nasional," Kata Wikan.  

"Adapun ke-13 media cetak tersebut adalah sbb: Harian Kompas; Rakyat Merdeka; Bisnis Indonesia; Suara Pembaruan; Investor Daily; Indo Pos; Koran Tempo; Jawa Pos; Majalah Tempo; Koran Sindo; Media Indonesia; Republika; dan The Jakarta Post," Sebut Dia.  

Maka berdasarkan hasil monitoring dan analisa kualitatif yang telah dilakukan, PR Indonesia menetapkan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan sebagai Penerima Penghargaan PR INDONESIA Best Communicators 2017 Kategori Gubernur. Penghargaan diserahkan langsung Asmono Wikan kepada Gubernur Jabar. "Kami mengucapkan selamat atas prestasi ini. Seraya berharap peraih penghargaan PR INDONESIA Best Communicators 2017 menjadi role model bagi para pemimpin organisasi/korporasi di semua tingkat di seluruh Tanah Air, dalam setiap upaya memperkuat reputasi Lembaga/Organisasi/Korporasi, bahkan bangsa melalui aktivitas public relations (PR)," ungkap Asmono.  

Asmono Wikan menjelaskan, ada beberapa indikator yang dijadikan acuan penilaian. Yakni, volume pemberitaan di media mainstream yang dihitung oleh perusahaan yang bergerak di bidang Intelligence Media, bernama Intel media. "Intel media merupakan perusahaan yang mampu memonitor dan menganalisis pemberitaan. Hasilnya, ternyata pak Aher volumenya pemberitaannya besar  

Dari penghitungan 6 bulan terakhir pemberitaan tentang Ahmad Heryawan total mencapai 8.401 berita, baik di media cetak maupun online mainstream. "Kalau di media cetak nasional mainstream itu totalnya ada 425 pemberitaan selama 6 bulan terakhir. Dan semua itu pemberitaan yang baik dari segi informasi," terangnya.  

Selain itu, Aher dinilai mempunyai kapasitas memimpin tim komunikasi di pemerintahan dengan profesional. Indikatornya dilihat dari kualitas penyampaian informasi kepada masyarakat, baik itu melalui media sosial maupun website resmi Pemprov Jabar. "Hubungan humas dengan media massa mainstream juga sangat baik. Tidak ada krisis komunikasi," terangnya.  

Adapun event 'Jambore PR INDONESIA (JAMPIRO)' merupakan salah satu aktivitas off-print tahunan. JAMPIRO juga didukung oleh seluruh komunitas Humas/Public Relations (PR) di Indonesia, seperti Bakohumas, IPRAHumas, Perhumas, FH BUMN, PR Society, APPRI, dan organisasi lainnya.  

Mananggapi penghargaan ini, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) memaknai penghargaan ini sebagai perhatian dari khalayak terhadap setiap gerak yang dilakoninya.  

Ia pun bersyukur, yang mendapatkan sorotan dari hasil pantauan PR Indonesia, menyatakan bahwa, hal atau berita yang dimuat oleh sejumlah media mainstream nasional terkait aktivitasnya sebagai seorang kepala daerah, merupakan berita positif. "(Sebagai pejabat publik) kita harus pandai-pandai mengkomunikasikan kepada masyarakat apa saja yang akan, sedang, dan sudah kita lakukan. Kalau kurang komunikasi nanti dikhawatirkan ada prasangka buruk seakan-akan kita tidak melakukan apapun," kata Aher.  

"Ini keterbukaan, positifnya, negatifnya dikritisi boleh, dipuji boleh. Hal-hal seperti itu sangat penting untuk masyarakat kita sehingga media menjadi penting bagi komunikasi kita dengan masyarakat luas," sambung Aher.  

Aher menuturkan, salah besar bila apa yang dilakukan sebuah instansi atau badan, tidak dikomunikasikan, atau dilakukan upaya 'public relation' atau kehumasan. Dirinya berpesan kepada para pelaku Humas, untuk memberitakan hal yang apa adanya.  

"Khususnya kepada Humas Pemprov, yang mengikuti saya, juga para media, beritakan saya apa adanya, apabila positif tulis positif, apabila sedang kurang baik, tuliskan saja kurang baik, untuk diperbaiki kedepannya," Imbaunya.  

Kepala Bagian Publikasi, Peliputan dan Dokumentasi Setda Jabar Ade Sukalsah menuturkan, prinsip-prinsip keterbukaan informasi publik senantiasa akan dijunjung tinggi. Seorang narasumber yang baik, akan memegang prinsip tersebut, dan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan adalah sosok yang sadar akan hadirnya hakikat tersebut.  

Maka diraihnya predikat oleh Gubernur Aher, merupakan motivasi bagi unit kerjanya, untuk menerapkan prinsip-prinsip kehumasan yang baik. Baginya, ketika Gubernur meraih 'Best Communicator', menjadi dukungan, termasuk motivasi untuk juga meningkatkan 'Media Relation' yang baik.  

"Ini indikatornya yang ditetapkan oleh PR Indonesia adalah sebagai Gubernur yang sadar 'Public Relation' (PR), salah satunya yang paling dominan adalah pemberitaan positif di 13 media mainstream nasional. Kemudian dikukuhkan sebagai 'Best communicator," tuturnya.  

"Kan jarang-jarang kepala daerah yang mempunyai kesadaran PR yang cukup baik, jadi narasumber di berbagai media, mudah untuk diwawancara, mudah diakses oleh wartawan, sebagai sosok kepala daerah seperti ini cukup jarang," tambahnya.  

Bagi pihaknya, ketika Gubernur didapuk menjadi best communicator, kata Ade, secara tidak langsung menjadi motivasi kedepan untuk meningkatkan kinerja media relation dengan lebih baik. "Apalagi, dalam beberapa kesempatan, Pak Gubernur selalu menyebut bahwa Humas itu adalah etalase pemerintah daerah," lanjutnya.  

Dalam mengimplementasikannya, pihaknya akan menerapkan prinsip kehumasan, diantaranya menjunjung keterbukaan informasi publik dan menjaga hubungan baik dengan semua pihak, baik itu masyarakat maupun media massa.  

Di samping itu, pemanfaatan kanal media sosial akan terus dimaksimalkan sebagai corong publikasi program dan kebijakan pemerintah, meskipun beresiko menguras energi. "Dari awal, kami berkomitmen menggunakan new media (sosial media) agar informasi bisa diterima oleh masyarakat luas," imbuhnya.(dikutip Humas Kota Bogor )