Beranda >

Berita > Tekan Permasalahan Sosial, Ibu Harus Menjadi Sekolah Pertama Bagi Anak


13 Oktober 2017

Tekan Permasalahan Sosial, Ibu Harus Menjadi Sekolah Pertama Bagi Anak

Memiliki permasalahan yang sama dengan Kota Bogor. Mulai dari maraknya kekerasan pada perempuan dan anak, narkoba, perceraian, tawuran dan lainnya membuat Tim Penggerak PKK Kota Bukit Tinggi tertarik untuk mengadopsi program Sekolah Ibu di Kota Bukit Tinggi. Sekolah Ibu sendiri merupakan inovasi dari Tim Penggerak PKK Kota Bogor yang berlangsung di 68 kelurahan sejak Mei 2017.

Ketua Tim Penggerak PKK Kota Bogor Yane Bima Arya mengatakan, Sekolah Ibu terbentuk dari kekhawatiran atas fenomena-fenomena negatif yang terjadi saat ini. Setiap minggunya, sebanyak 30 ibu-ibu datang ke Aula Kelurahan masing-masing untuk mendapatkan materi pembelajaran yang sudah disusun dalam modul Sekolah Ibu.

"Di modul Sekolah ibu ada tiga bab yang terbagi menjadi 18 materi," ujar Yane saat memaparkan Sekolah Ibu kepada rombongan Tim Penggerak PKK Kota Bukit Tinggi di Paseban Sri Bima, Balaikota Bogor, Jalan Ir H.  Djuanda, Kota Bogor, Jumat (13/10/2017)

Yane menuturkan, banyak pertanyaan kenapa membuat Sekolah Ibu. Hal ini bukan tanpa alasan, pasalnya Indonesia darurat perceraian (40 perceraian setiap jam). Padahal ibu merupakan sekolah pertama bagi anak-anaknya dan saat ini banyak ibu yang meninggalkan perannya. Sehingga harus dikembalikan perannya sebagai seorang ibu.  "Ibu merupakan Tiang Negara. Jika baik wanitanya, maka baik pula Negara itu, tapi bila rusak wanitanya, maka rusak pula Negara itu," terangnya.

Ia menambahkan, ketika ada anak bermasalah, sudah dipastikan keluarganya juga bermasalah. Seringnya, anak yang bermasalah yamg dimasukkan ke panti rehabilitasi, semestinya yang harus diterapi itu ibunya, sebab ibunyalah yang sebenarnya bermasalah. "Kalau ibunya mendapatkan wawasan lebih baik, anaknya juga akan bisa lebih baik," kata Yane.

Ketua Tim Penggerak PKK Kota Bukit Tinggi Yesi Endriani mengatakan, penerapan Sekolah Ibu di Bukit Tinggi akan dilakukan segera mengingat pihaknya juga memiliki visi misi yang sama untuk membantu pemerintah mengatasi segala permasalahan di Kota Bukit Tinggi. Sebab jika tidak diatasi dari sekarang pada 20 tahun kedepan  Indonesia mendapatkan bonus demografi akan menimbulkan bencana.

"Yang saya lihat setiap permasalahan sosial yang terjadi seperti sudah tersistem dan terencana untuk menghancurkan generasi muda Indonesia. Jadi salah satu cara membendungnya melalui keluarga sebagai sekolah pertama bagi anak-anak dimana ayah dan ibu menjadi modelnya," tuturnya.

Sementara itu, Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, saat ini pembangunan di Kota Bogor bergerak ke kota ramah anak, nyaman bagi keluarga dan nyaman berolahraga. Pemerintah Kota Bogor sangat bersyukur misi tersebut dibantu dengan Tim Penggerak PKK yang dapat menjangkau sampai ke tingkat bawah. "Pembangunan fisik ratusan miliar belum tentu dapat membangun keluarga. Kami ikhtiarkan untuk fokus pada pembangunan kultur juga," jelas Bima. (fla/hari-SZ)