Beranda >

Berita > Revolusi Jihad Pesan K.H Hasyim Asy’ari Mempertahankan Kemerdekaan


11 November 2017

Revolusi Jihad Pesan K.H Hasyim Asy’ari Mempertahankan Kemerdekaan

Memperingati Hari Pahlawan ke-72 yang jatuh tepat pada Jumat (10/11/2017), Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) Kota Bogor menggelar upacara Hari Pahlawan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Dreded, Jalan Pahlawan, Kota Bogor. Upacara tersebut diikuti pula para siswa SMA, PNS. Pada kesempatan itu, Wali Kota Bogor Bima bertindak sebagai Inspektur Upacara.

Bima mengatakan, setiap 10 November, seluruh rakyat lndonesia memperingati Hari Pahlawan. Dengan tujuan untuk mengenang para pendahulu, pahlawan dan perintis kemerdekaan, para pendiri Republik Indonesia. Mereka yang dengan segenap pemikiran, tindakan dan gerakan perjuangan kolektif yang dilakukan sehingga saat ini rakyat Indonesia bisa menikmati hidup di bumi Indonesia.

“Menjadi bangsa yang merdeka, bangsa yang sederajat dengan bangsa lain, bangsa yang menyadari tugas sejarahnya untuk menjadikan kemerdekaan sebagai jembatan emas bagi terwujudnya Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat dan makmur,” ujar Bima saat membacakan amanat Menteri Sosial RI Khofifah Indar Parawansa.

Ia mengatakan, para pendiri bangsa mengabarkan pesan penting untuk penerus bangsa. Yakni setelah kemerdekaan diraih harus bersatu terlebih dahulu untuk bisa memasuki tahapan bernegara yang berdaulat, adil dan makmur. Pesan fundamental itulah yang kemudian menjadi tema peringatan Hari Pahlawan tahun ini ‘Perkokoh Persatuan Membangun Negeri’.

“Kalau kita mampu bersatu sebagai satu bangsa maka kita dapat maju bersama-sama dan mendistribusikan berkah kemerdekaan bagi seluruh masyarakat Indonesia,” imbuhnya.

Bima melanjutkan, Hari Pahlawan yang diperingati saat ini didasarkan pada peristiwa pertempuran terhebat dalam riwayat sejarah dekolonisasi dunia, yakni peristiwa "Pertempuran 10 November 1945" di Surabaya. Sebuah peristiwa yang memperlihatkan kepada dunia internasional, betapa segenap Rakyat Indonesia dari berbagai ras/suku, agama, budaya dan berbagai bentuk partikularisme golongan bersama-sama melebur menjadi satu untuk berikrar, bergerak dan menyerahkan hidupnya, jiwa raganya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Bukan sebuah kebetulan pula ketika para pendiri republik menempatkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai Sila Pertama. Mengingat bahwa hanya dengan hadirnya spiritualitas didalam jiwa sebuah masyarakat, dengan Iman kepada Allah Yang Maha Kuasa, tiap-tiap orang rela mengorbankan dan memberi hidup dan jiwanya untuk tujuan kehidupan bersama.

“Hal itulah yang kita dapat pelajari dalam momen Peristiwa 10 November 1945. hilah yang menjadi penjelasan ketika Bung Tomo meneriakkan pekik yang membakar semangat juang yaitu Allahu Akbar. Demikian pulalah yang membuat KH Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa Resolusi Jihad untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia,” pungkasnya. (fla/indra/adit-SZ)