Beranda >

Berita > Sosok Kepemimpinan Jabar Kedepan di Mata Gubernur Aher


14 Desember 2017

Sosok Kepemimpinan Jabar Kedepan di Mata Gubernur Aher

BANDUNG – Sosok Gubernur Jawa Barat dari masa kemerdekaan hingga saat ini memiliki perkembangan dan dinamika yang cukup unik. Sampai saat ini, Provinsi Jabar telah dipimpin oleh 15 Gubernur, diawali oleh Mas Sutardjo Kertohadukusumo hingga kepemimpinan saat ini oleh Gubernur Ahmad Heryawan yang terpilih 2 periode sampai tahun 2018.

Pada masa pemerintahan orde lama sebagian besar Gubernur Jabar berasal dari birokrat dan politisi. Selanjutnya pada masa pemerintahan orde baru, sosok gubernur Jawa Barat dipimpin dari kalangan militer. Dominasi sosok gubernur yang berasal dari satu kalangan ini sangat dimungkinkan karena sistem perpolitikan dan peraturan perundangan yang berlaku pada masa itu, dimana seorang Gubernur diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

Keberlanjutan pembangunan pada masa era reformasi mendapatkan banyak apresiasi yang dapat dilihat dari berbagai penghargaan yang didapat oleh Provinsi Jawa Barat sebanyak 250 penghargaan hingga akhir tahun 2017 ini. Beberapa penghargaan yang didapat oleh Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu modal yang mengindikasikan bahwa Jawa Barat dapat bersaing di tingkat nasional walau dihadapkan dengan tantangan yang cukup besar yaitu jumlah penduduk terbesar, luas wilayah terluas serta permasalahan-permasalahan yang lain yang menjadi tantangan seperti era globalisasi, narkoba, radikalisasi dan terorisme.

Tahun 2018 mendatang, masyarakat Jawa Barat akan melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak di 16 Kabupaten/Kota yang sekaligus akan melaksanakan Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat untuk masa kepemimpinan periode 2018-2023.

Berkaitan hal tersebut, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) saat menjadi keynote speaker dalam acara seminar “Kepemimpinan Jabar Untuk Masa Depan yang Lebih Baik” di Hotel Horison Bandung, Kamis (14/12/2017) mengungkapkan, sosok kepemimpinan Jabar kedepan harus mampu menjawab dan menyelesaikan tantangan pembangunan. Diantaranya kepemimpinan yang mampu menjalankan pemerintahan model Hybrid. “Yang dimaksud adalah pengelolaan pembangunan Jabar yang memadukan pembangunan berbasis daerah otonom, metropolitan dan pusat pertumbuhan,” jelasnya.

Kedua, menurut Aher, kepemimpinan yang mampu membangun sosok generasi baru yang memiliki kemampuan keberhasilan kembar yaitu Imtaq dan Iptek. Selanjutnya, kepemimpinan yang mampu membentuk birokrasi cerdas melalui strategi transformasi mutu dan akuntabilitas. Dan kepemimpinan yang mampu mengimplementasikan konsep Quadruple Helix yaitu pola sinergi melalui pendekatan empat aktor utama pembangunan diantaranya akademisi, pelaku usaha, pemerintah dan komunitas.

Aher menuturkan, terdapat tujuh tantangan besar untuk akselerasi pembangunan di Jabar. Yaitu pentingnya melahirkan negarawan, melahirkan pemikir-pemikir besar, pengusaha besar, pemimpin nasional, tokoh agama dan tokoh masyarakat, pentingnya maenciptakan Jabar sebagai bagian dari sistem Indonesia multi akses serta pentningnya adaptasi Jabar dalam rangka transformasi Indonesia menjadi negara berbudaya Industri.

“Untuk kehadiran kepemimpinan daerah sangat penting dalam memandu proses pelaksanaan tujuh tantangan besar tersebut untuk kemajuan pembangunan Jabar melalui suasana kondusif, dukungan fasilitas, sistem birokrasi cerdas dan mengapresiasi kepada para pelopor pembangunan Jabar,” tutur Aher.

Aher juga menyebutkan sosok kepemimpinan masa depan Jabar haruslah memiliki karakter cerdas, sehat dan cermat, produktif dan berdaya saing tinggi, mandiri dan pandai mengatur diri, berdaya tahan tinggi dalam persaingan, pandai membangun jejaring dan persahabatan global, berintegritas tinggi, serta bermartabat.

Seminar ini dihadiri oleh Kepala Badan Kesbangpol se-Jabar, Pejabat di lingkungan Pemprov Jabar, tokoh agama, tokoh masyarakat, akademisi, mahasiswa dan organisasi kemasyarakatan. Dengan narasumber diantaranya Tjetje Hidayat Padmadinata, Prof. Sadu Wasistiono, Prof. Dr. Ina Primiana, Prof. Dr. Didi Turmudzi, Prof. Dr Muhammad Najib dan Erwin Kustiman.(dikutip Humas Kota Bogor )