Beranda >

Berita > 24 TPS 3R Aktif, Kota Bogor Mampu Kurangi Sampah Lima Ton Perhari


23 Februari 2018

24 TPS 3R Aktif, Kota Bogor Mampu Kurangi Sampah Lima Ton Perhari

Selama enam tahun sejak 2011 hingga 2017 Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor sudah membangun 26 Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle) atau (mengurangi - menggunakan - mendaur ulang) di 10 wilayah di Kota Bogor. Jumlah ini sudah melebihi target dari Rencana Program Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2019, yakni 19 TPS 3R.

Bahkan, keberadaan TPS 3R ini mampu mengurangi sampah di Kota Bogor 5,15 ton per hari dari jumlah sampah Kota Bogor yang mencapai 600 sampai 700 ton perhari yang diangkut ke TPAS Galuga.

Kepala Seksi Pengembangan Teknologi Penanggulangan Sampah pada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bogor Lusi Nurbaiti Badri mengatakan, sejauh ini ada 24 TPS 3R yang aktif, sementara dua TPS 3R lagi tidak aktif. Tidak aktifnya TPS 3R di Situ Gede dikarenakan sarana prasarana TPS 3R dirusak orang, sementara TPS 3R di Indraprasta hanya melayani pengangkutan sampah atau tidak ada pengolahan sampah sehingga dianggap tidak aktif.

“Jadi di tahun ini tidak ada pembangunan TPS 3R baru karena adanya rasionalisasi anggaran. Dan kami memutuskan untuk meningkatkan sarana prasarana dari TPS 3R yang sudah ada saja,” ujarnya saat ditemui di kantor DLH, Jalan Paledang, Kota Bogor, Jumat (23/02/2018)

Ia menuturkan, monitoring dan evaluasi TPS 3R pun dilakukan DLH setiap hari secara mobile dengan cara inspeksi mendadak (sidak) ke TPS-TPS. Tak hanya itu, setiap bulan dilakukan juga pertemuan antara Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang mengelola TPS 3R dengan aparatur wilayah, yakni Lurah. Hal ini dilakukan sebagai bentuk sinergi antara DLH, KSM dan lurah untuk memberikan solusi dari setiap kendala yang dihadapi masing-masing TPS 3R.

“Saat ini kendala ada di pemilihan sampah rumah tangga yang masih belum efektif. Kalau sampah rumah tangga belum dipilah, kasian KSM karena 90 persen waktunya jadi habis untuk memilah dan mengolah sampahnya sehingga bisa terbengkalai,” terangnya.

Padahal, lanjut Lusi, memilah sampah dari rumah tangga cukup memisahkan antara sampah organik dan sampah anorganik. Tak ayal, pihaknya pun mengganti strategi sosialisasi yang awalnya dilakukan secara massal dengan datang langsung di kegiatan warga. Seperti pengajian, arisan, kumpul warga dan lainnya. Tak jarang adapula ketua RT/RW yang inisiatif mengundang DLH untuk sosialisasi ke warganya.

“Harapan kami warga mau memilah sampah di rumah sehingga bisa mengurangi sampah dari sumber 4,4 persen dan di April mendatang sampah daun-daunan dari jalan dan taman kota akan dibawa ke TPS 3R Cipaku untuk diolah menjadi briket,” pungkasnya. (fla-SZ)