Beranda >

Berita > Selain Tekan Kasus Perceraian, Program Sekolah Ibu Bisa Tangkal “Pelakor”


31 Desember 2018

Selain Tekan Kasus Perceraian, Program Sekolah Ibu Bisa Tangkal “Pelakor”

Wali Kota Bogor, Bima Arya bersama Ketua Tim Penggerak PKK Kota Bogor, Yane Ardian mewisuda sebanyak 2.040 peserta Sekolah Ibu angkatan ke-2 di Gelanggang Olahraga (GOR) Pajajaran, Kota Bogor, Jumat (28/12/2018) pagi.

Ketua Tim Penggerak PKK Kota Bogor, Yane Ardian mengatakan, kehadiran program sekolah ibu sendiri sejatinya dirancang untuk meningkatkan kapasitas ibu dalam mengurus rumah tangga, mendidik anaknya, sehingga menjadi keluarga yang mandiri mampu keluar dari permasalahan sosial maupun ekonomi yang dihadapi.

“Tapi memang yang perlu digaris bawahi di setiap angkatan mempunyai keunikan cerita tersendiri di balik ini. Misalnya, angkatan pertama kita memang menekan angka perceraian, karena banyak sekali ibu-ibu yang tidak jadi bercerai setelah mengikuti sekolah ibu yang memang permasalahannya cukup kompleks,” papar Yane Ardian di GOR Pajajaran.

Di angkatan kedua, sambung Yane, keunikan bukan dari kasus perceraian, melainkan dari sisi keharmonisan rumah tangga. “Nah yang menarik, di angkatan kedua ini ada salah satu peserta yang hamil setelah mengikuti program Sekolah Ibu. Artinya apa, ada perbaikan keharmonisan keluarga setelah mengikuti sekolah ibu,” kata dia.

Penggagas Sekolah Ibu ini menambahkan, jika keharmonisan rumah tangga antara suami dan istri sudah terjalin baik, maka keharmonisan juga akan dengan sendirinya antara anak dan orangtua.

“Nah kalau hubungan suami istri sudah baik, maka hubungan orangtua dengan anak juga menjadi baik, dengan harapan hubungan anak di lingkungan dengan teman sebayanya juga menjadi baik karena atas pantauan orang tua,” tuturnya.

Selain dapat menekan kasus perceraian dan membuat harmonis keluarga, program Sekolah Ibu juga dapat mengantisipasi para perebut lelaki orang atau sering dikenal “pelakor”.

Menurut Yane, para Pelakor tidak akan laku jika kebutuhan suami terhadap istri sudah terpenuhi. Bahkan dia yakin bahwa pelakor tidak memiliki tempat jika para ibu sudah memiliki wawasan yang ada di Sekolah Ibu.

“Pelakor itu gak akan laku jika kebutuhan suami terhadap istrinya terpenuhi. Di sekolah ibu ini, ada salah satu materi yang disebut bahasa kasih untuk suami. Misal, suaminya suka kasih hadiah ke istri, cuma sebagai istri kadang-kadang suka pelit ngasih pujian. Nah pada akhirnya sang suami malah mendapat pujian dari pelakor ini,” terangnya.

Jadi di sekolah ibu ini, lanjut Yane, para istri atau ibu-ibu sejatinya telah dibekali wawasan tentang bagaimana caranya memuji suami dan memberikannya perhatian.

Jumlah peserta yang diwisuda pada angkatan kedua ini ada sebanyak 2.040 peserta. Proses wisuda sendiri terbagi menjadi dua gelombang yang diselenggarakan selama dua hari, yakni pada Jumat (28/12/2018) dan Sabtu (29/12/2018) dengan 1.020 peserta setiap harinya.

Di dalam modul program Sekolah Ibu sendiri terdapat sejumlah materi diantaranya manajemen keluarga, manajemen keuangan keluarga, mengelola potensi diri, memahami kepribadian anggota keluarga, bahkan tentang bela negara dan cinta Tanah Air serta materi ketahanan keluarga lainnya.

Dalam pelaksanaanya, ada sebanyak 68 jumlah tenaga pengajar yang berlatar belakang profesi berbeda-beda.

Tahun 2019 mendatang, rencananya Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor akan mewisuda dua angkatan lagi. Proses wisuda Sekolah Ibu akan terus berjalan setiap tahunnya. (Humpro :Alif/Arfan/Indra/Hari/Adit-SZ)