Beranda >

Berita > Bima Arya: Waktu Berkualitas untuk Keluarga Berkualitas


13 Juli 2019

Bima Arya: Waktu Berkualitas untuk Keluarga Berkualitas

Wali Kota Bogor Bima Arya menjadi keynote speaker dalam seminar bertajuk ‘Pelangi di Akhir Badai’ di Paseban Sri Baduga, Balai Kota Bogor, Sabtu (13/7/2019). Acara yang digagas Yayasan Cinta Keluarga Indonesia (YCKI) ini juga mengambil subtema ‘Mengungkap, menghadapi dan memaafkan ketidaksetiaan pasangan’.

Hadir sebagai pengisi acara psikolog Adriana Ginanjar dan dimoderatori oleh Dosen Ilmu Keluarga dan Konsumen IPB Alfiasari. Turut hadir Ketua Tim Penggerak PKK Kota Bogor Yane Ardian.

Dalam kesempatan tersebut Bima Arya bercerita saat ketika baru dilantik pada 2014 lalu. Menurutnya banyak pengalaman baru dan menarik, salah satunya adalah harus menandatangani permohonan cerai dari Aparatur Sipil Negara (ASN).

Dari permasalahan tersebut dirinya melakukan pengecekan data-data dari berbagai sumber. “Ternyata angka perceraian naik setiap tahun. Tingkat perceraian paling tinggi ada di ASN yang berprofesi sebagai guru,” ceritanya.

Menurutnya menyelesaikan perceraian tidak bisa secara induktif, melainkan harus diselesaikan dengan kebijakan yang makro. Bima mengaku dirinya banyak belajar dari kepala daerah yang lain. Sampai suatu saat dirinya mendengar paparan dari Bupati Bantaeng Sulawesi Selatan yang sekarang menjadi Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah.

“Beliau memaparkan tentang angka perceraian yang sangat tinggi. Dalam forum besar beliau cerita. Menurutnya kesimpulannya adalah kurang tempat untuk family quality time (keluarga dengan waktu yang berkualitas). Makanya dibuatlah taman dan fasilitas lain-lain,” ujar Bima.

Mendengar paparan tersebut, Bima menilai hal ini cocok dan memungkinkan untuk diterapkan di Kota Bogor. Oleh karenanya kemudian Kota Bogor banyak melakukan pembangunan dan renovasi taman-taman.

Dirinya merasa bahagia ketika melihat di taman-taman anak-anak berlari, suami istri bergandengan tangan dan kakek nenek bermesraan. “Tahun lalu saya bertanya lagi ke Bappeda dan Kementerian Agama. Begitu di cek kok angkanya naik. Ternyata angka yang tinggi itu adanya di kecamatan tertentu. Munculah dugaan saya jangan-jangan daerah ini adalah warganya penglaju. Penglaju itu yang kerjanya pulang pergi Jakarta-Bogor. Berangkat subuh pulang malam. Mereka hanya bertemu Sabtu-Minggu,” katanya.

Pola itu, kata Bima, adalah pola kebanyakan dari para penglaju sehingga tidak memiliki hari yang berkualitas dengan keluarga. “Awal tahun ini tiba-tiba kepala Pengadilan Agama datang memberi kabar untuk pertama kali sepanjang sejarah Bogor angka perceraian menurun. Tapi kalau ditanya jawaban kenapa saya pun tidak tahu sampai sekarang. Apakah karena taman, lapangan pekerjaan atau karena Sekolah Ibu. Namun bagaimanapun pendapat saya adalah masalah ketahanan keluarga, keutuhan rumah tangga adalah tidak bisa melihat dari dimensi tunggal saja. Banyak sekali faktor yang harus dipahami dan banyak variabelnya,” bebernya.

Kepada para peserta seminar, Bima berterima kasih atas kesediaannya datang ke tempat ini. Semua pasti berangkat dengan sejuta harapan dan sejuta persoalan. "Mudah-mudahan ibu Adriana bisa berbagi bersama kita, menambah khasanah kita bukan saja disini dalam konteks Kota Bogor tetapi paling tidak bagi pribadi kita masing-masing," pungkasnya. (Humpro :Tria/Met/Pri)