Beranda >

Berita > Gelar Halun 2019, LLI Kota Bogor Ingin Bumikan "Nyaah Ka Kolot"


29 Desember 2019

Gelar Halun 2019, LLI Kota Bogor Ingin Bumikan "Nyaah Ka Kolot"

Lembaga Lanjut Usia Indonesia (LLI) Kota Bogor menggelar Hari Lanjut Usia Nasional (Halun) 2019 di Taman Ekspresi, Jalan Sempur, Kota Bogor, Minggu (29/12/2019).

Sebanyak 200 Lansia Se-Kota Bogor memeriahkan Halun yang dimulai dengan senam pagi, sarapan bersama dan diskusi. Turut hadir Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Bogor, Azrin Syamsuddin.

"Momentum Halun ini jadi momen evaluasi introspeksi dan edukasi untuk masyarakat semua elemen," ujar Ketua LLI Kota Bogor, Aisyah Wan Grani.

Aisyah mengatakan, evaluasi, introspeksi dan edukasi ini untuk melihat sudah sejauh mana upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor meningkatkan kesejahteraan lansia. Lansia memang memerlukan perlindungan dan bantuan namun disisi lain Lansia juga bisa berperan sebagai motivator.

"Tanpa lansia generasi sekarang bukan apa-apa. Kita lihat sejarah rapat pertama BPUPKI dipimpin sama Dr. Rajiman yang saat itu beliau sudah Lansia. Jadi lansia ini ada ditempat strategis dalam edukasi," katanya.

Ia melanjutkan, pihaknya juga ingin bisa menyamakan persepsi kebijakan Pemkot Bogor dengan LLI sebagai wadah lansia. Salah satunya menyediakan dan memprioritaskan fasilitas umum yang ramah lansia. Sebut saja, fasilitas Jembatan Penyeberangan Orang (JPO), Toilet Umum, Puskesmas, Bank dan tempat pelayanan lainnya. Mengingat fasilitas umum saat ini belum ramah lansia.

"Tenaga lansia tidak sekuat orang yang masih muda jadi kasian kalau lansia harus ngantri atau berdiri lama apalagi kalau ke toilet lansia itu gak bisa nahan pipis. Baru-baru ini juga ada kejadian nenek yang ketabrak motor itu karena lansia kemampuan pendengarannya sudah menurun, jadi kalau di klakson juga tidak dengar," jelasnya.

Saat ini, menurutnya, tak hanya dari segi fasilitas yang belum ramah lansia, tetapi juga angka kolot sudah menipis alias banyak dari masyarakat yang belum menghormati lansia. Kejadian orang tua yang ditelantarkan anak, anak yang menyentak orang tua, ada yang melangkahi sampai menginjak kepala orang tua atau kakek neneknya menandakan belum ramah lansia.

"Lansia kalau disentak sama anak atau cucunya hatinya sakit, sedih. Sudah saatnya nyaah ka kolot (sayang ke orang tua-red) itu dibumikan," imbuhnya.

Ia pun berharap, Pospindu yang ada di setiap RW bisa berfungsi sebagai layanan Komprehensif. Tidak hanya layanan kesehatan tapi ada layanan sosial, bina keluarga lansia dan layanan komunitas. Pihaknya ingin ubah image Pospindu tempat berobat jadi tempat sosialisasinya lansia.

"Harapan saya tentunya nyaah (sayang-red) ka kolot terimplementasi di semua elemen bukan hanya slogan," katanya. (Humpro :fla/ismet-SZ)