Beranda >

Berita > Bima Arya Minta Sekolah Ibu Berinovasi Soal Kurikulum hingga Pemberdayaan Ekonomi


05 Maret 2020

Bima Arya Minta Sekolah Ibu Berinovasi Soal Kurikulum hingga Pemberdayaan Ekonomi

Wali Kota Bogor Bima Arya menghadiri Rapat Koordinasi (Rakor) Sekolah Ibu 2020 di ruang Sri Baduga, Balaikota Bogor, Bogor Tengah, Kamis (5/3/2020). Berbagai arahan dan evaluasi disampaikan dalam kegiatan yang dihadiri Ketua TP PKK Kota Bogor beserta wakilnya Yane Ardian dan Yantie Rachim, juga para Camat serta Lurah se-Kota Bogor.

Bima Arya mengatakan, setiap program yang dijalankan Pemkot Bogor, pasti ada evaluasi agar pelaksanaan berikutnya berjalan lebih baik. “Program Sekolah Ibu tahun ini saya minta evaluasi dan harus terus inovasi. Pertama, inovasi untuk kurikulumnya, yang kedua dilakukan inovasi untuk pembinaan alumni sekolah ibu. Jadi nanti ada kegiatan-kegiatan yang mereka laksanakan yang targetnya alumni Sekolah Ibu. Jadi ada pemberdayaan disitu, baik secara ekonomi, secara skill dan lain-lain,” ungkap Bima.

Ia menambahkan, salah satu program pemberdayaan bagi para alumni Sekolah Ibu adalah terkait dengan UMKM. “Misalnya dengan menyediakan bantuan modal untuk usaha, keterampilan atau skill. Kemudian para alumni Sekolah Ibu ini akan menjadi motor untuk Dasawisma, kader PKK. Mereka semua menanti dan menunggu karena masih semangat untuk terus dilibatkan,” jelasnya.

Tidak itu saja, Bima Arya juga menerima banyak permintaan dari warga yang belum menikah agar bisa menjadi peserta program ini. Seperti diketahui, salah satu syarat untuk menjadi peserta Sekolah Ibu adalah sudah menikah dan memiliki usia maksimal 45 tahun.

“Tadi juga dipertimbangjan untuk memperluas cakupan peserta karena banyak juga yang menyatakan berminat tapi belum menikah. Tapi menurut saya boleh belum menikah (menjadi peserta Sekolah Ibu) asalkan yang mau segera menikah. Dengan kata lain, yang sudah terdaftar di KUA akan segera menikah, bisa ikut Sekolah Ibu,” ujar Bima.

Di tempat yang sama, Yane Ardian memberikan evaluasinya terkait hal-hal teknis dalam pelaksanaan Sekolah Ibu tahun sebelumnya, misalnya soal sarana dan prasarana di kelurahan. “Semoga dengan digelarnya Rakor ini, penyelenggaraan Sekolah Ibu tahun ini bisa berjalan lebih baikd ari sebelumnya,” kata Yane.

Secara isi modul atau materi yang disampaikan dalam Sekolah Ibu, lanjut Yane, cukup membuat peserta mengalami perubahan dalam hal pelaksanaan fungsi keluarga. “Jadi banyak kenapa di dalam rumah tangga itu tidak berjalan dengan baik karena fungsi keluarga yang tidak tepat. Peran bapak, peran ibu dan peran anak-anak tidak sinkron,” terangnya.

Yane menyatakan, hasil kajian dan penelitian yang dilakukan IPB University dan Yayasan Cinta Keluarga Indonesia menunjukan interaksi suami-istri yang dialami peserta Sekolah Ibu semakin meningkat.

“Ketahanan keluarga juga meningkat, manajemen keuangan juga meningkat, manajemen stres juga ada perbaikan karena di dalam ada modulnya diajarkan mengenai manajemen stres. Lalu interaksi orangtua dan anak membaik,” jelasnya.

“Peserta merasakan banyak manfaat dari Sekolah Ibu ini dari hasil kualitatifnya. Harapan kami dari TP PKK, bahwa Sekolah Ibu memiliki 3 hal yang utama, yaitu mampu merubah mindset para ibu dalam menjalankan perannya, memperluas persepsi dan ketiga merubah perilaku,” pungkasnya. (prokompim)