Beranda >

Berita > Bima, Radikalisme Apapun Tidak Dibenarkan


23 Desember 2015

Bima, Radikalisme Apapun Tidak Dibenarkan

Maraknya gerakan radikalisme di Indonesia patut diwaspadai. Pasalnya, motif seseorang terpengaruh gerakan ini bukan lagi karena ideologi ataupun keagamaan, melainkan sudah masuk pada motif ekonomi dan kepentingan. Terlebih, penyebaran paham radikalisme ini semakin cangih melalui media sosial.

Untuk mendiskusikan itu dan bagaimana pencegahannya, Komunikonten, Institut Media Sosial dan Diplomasi menggelar diskusi publik dengan tema ‘Gotong Royong Menghadapi Radikalisme dan Memperjuangkan Kepentingan Nasional di Media Sosial’ di Pusat Pengembangan Islam Bogor (PPIB), Senin kemarin (23/12)

Walikota Bogor Bima Arya mengatakan, radikalisme atas nama apapun dan agama apapun itu tidak dibenarkan. Apalagi kalau sampai mengganggu hak orang lain dan sampai melakukan hal-hal yang anarkis. " Untuk mengatasi radikalisme di Kota Bogor, bisa dilakukan dengan dialog dan komunikasi. Itu penting, jadi seluruh elemen punya komitmen yang kuat untuk mengatasi radikalisme," kata Bima.

"Kita harus membangun benteng yang kokoh terhadap radikalisme dan ini memerlukan komunikasi dan dialog dengan semua pihak dan semua elemen , tokoh agama, tokoh masyarakat, teman-teman mahasiswa, pemuda yang kita perjuangkan juga di sosmed. memperjuangkan kepentingan nasional di medsos,"

Direktur Eksekutif Komunikonten Hariqo Wibawa Satria‎ diskusi ini tidak hanya membahas tentang radikalisme, tetapi juga mengajak anak-anak muda untuk untuk bela negara, dan memperjuangkan kepentingan  nasional di media sosial. Sebab, paham radikalisme juga bisa dicegah melalui media sosial.

Selain Walikota Bogor Bima Arya, narasumber lain yang hadir dalam diskusi ini yaitu Dahnil Anzar Simanjuntak (Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah), Emanuel Herdyanto (Mantan Sekjend PP Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia), Hariqo Wibawa (KOMUNIKONTEN) dan dimoderatori oleh Edrida Pulungan (novelis dan blogger). (Tria/Lani) ARW