Beranda >

Berita > Disparbud Gairahkan Kembali Aksara Sunda


11 Juli 2018

Disparbud Gairahkan Kembali Aksara Sunda

Ciri atau identitas suatu bangsa akan hilang jika masyarakatnya telah melupakan budaya dan bahasanya sendiri. Untuk menggairahkan kembali penggunaan Aksara Sunda, Pemerintah Kota Bogor melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) menggelar sosialisasi penulisan Aksara Sunda di Graha Pool, Jalan Merdeka, Kota Bogor, Selasa (11/07/2018).

Sedikitnya 40 peserta ikut ambil bagian dalam kegiatan upaya pelestarian Sastra Sunda peninggalan Kerajaan Pajajaran itu. Mereka datang dari kalangan guru, budayawan dan pelajar.

Kepala Disparbud Kota Bogor, Shahlan Rasyidi, mengatakan sosialisasi Aksara Sunda ini sangat penting distimulus kepada guru, budayawan dan pelajar serta stakeholder lainnya untuk kemudian diteruskan kepada yang lain.

Saat ini, kata Shahlan, 80 persen guru mata pelajaran Bahasa Sunda bukan berasal dari jurusan Sastra Sunda. Hal ini tentu akan berpengaruh pada proses belajar mengajar Bahasa Sunda yang kurang optimal, apalagi saat ini masyarakat Kota Bogor semakin heterogen.

“Bahasa sundanya saja sudah jarang diajarkan apalagi aksara sundanya. Padahal kalau tidak diajarkan bahasa dan aksara sunda bisa punah. Makanya kedepan saya berharap kegiatan ini bisa terus berlanjut dan Pemkot mengajukan formasi guru yang benar-benar dari jurusan sastra sunda,” ujarnya.

Di tempat yang sama, Plt Asisten Ekonomi Pembangunan dan Kesejahteraan Masyarakat Setda kota Bogor, Iman mengatakan, Pemerintah Kota Bogor terus berupaya memelihara dan mengembangkan kekayaan sunda. Hal ini sebagai bagian dari kewajiban moral orang Bogor yang harus melestarikan warisan leluhurnya. Mengingat penggunaan bahasa dan aksara sunda di masyarakat sudah semakin jarang.

“50 persen bahasa ibu di seluruh dunia termasuk tulisan khasnya terancam punah tak terkecuali bahasa dan aksara sunda,” katanya.

Iman menuturkan, ancaman kepunahan bahasa ibu terjadi karena banyak faktor, salah satunya karena tidak mau memelihara bahasanya sendiri. Termasuk bahasa Sunda yang sekarang banyak dikeluhkan karena dirasa sulit dipelajari. Tak sedikit yang beranggapan bahasa Sunda kurang diperlukan karena sudah menggunakan bahasa Indonesia dan tuntutan zaman untuk menguasai bahasa asing (Inggris-red).

“Dalam kondisi seperti ini sudah seharusnya terus didorong untuk dilestarikan dan dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan. Semoga melalui forum ini bisa dikemukan ide-ide baru untuk melestarikan aksara sunda sebagai warisan budaya untuk anak-anak cucu,” pungkasnya. (fla/ismet/pri)