Beranda >

Berita > Bima Arya: ICMI Sebagai Wadah Perjuangan Umat


15 Juli 2018

Bima Arya: ICMI Sebagai Wadah Perjuangan Umat

Walikota Bogor Bima Arya menghadiri Halal Bihalal bersama Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) dan Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orwil Bogor, di IPB International Convention Center (IICC), Minggu (15/7/2018).

Tampak hadir dalam kegiatan bertajuk 'Silaturahim untuk Memperkokoh Persatuan Umat dan Kemaslahatan Bangsa' itu Ketua Umum ICMI Jimly Asshiddiqie, Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria dan Sekretaris Daerah Kota Bogor Ade Sarip Hidayat.

Bima Arya mengatakan, sejarah pendirian ICMI itu sangat kental dengan semangat untuk menyandingkan antara pemberdayaan umat dan juga kebangsaan.

“Sekarang, tugas berat dari ICMI adalah sinergi bersama pemerintah, menurut saya itu untuk menangkal kecenderungan gerakan-gerakan yang membelah umat dan politisasi umat,” ungkap Bima yang juga merupakan Dewan Penasehat ICMI Orwil khusus Bogor itu.

ICMI, kata Bima, harus kembali kepada garis besar perjuangan yang merupakan tuntunan dan pedoman. “Hal ini mempunyai arti penting karena menjadi landasan berpikir dan amal usaha bagi semua pimpinan dan anggota ICMI. ICMI harus kembali ke khittah sebagai wadah perjuangan umat,” jelasnya.

Bima juga menyampaikan bahwa pemerintah siap bersinergi dengan ICMI untuk melakukan pemberdayaan umat. “Saya berharap ICMi tidak terlalu digiring ke wilayah-wilayah praktis yang sehingga Islamnya bukan Islam rahmatan lil alamin. Jadi kami sangat bersemangat bersama-sama ICMI untuk melakukan pemberdayaan umat menuju islam yg rahmatan lil alamin,” tandasnya.

Sementara itu, Jimly Asshiddiqie menyatakan bahwa diperlukan sinergi semua pihak untuk kemajuan peradaban bangsa. “Semua kekuatan penentunya di kelas menengah. Pejabat pemerintahan, intelektual kampus, kalangan aktivis LSM, ulama dan para profesional penting sekali kedudukannya. Jika bisa bersinergi sangat menentukan kemajuan peradaban bangsa. Karena mereka semua berpengaruh ke atas, juga berpengaruh ke bawah,” ujar Jimly.

Ia menambahkan, cara mengukur tujuan bangsa bisa dilihat dari kerja keras kelas menengah. “Apakah mereka bertengkar, konflik terus atau mereka bersinergi. Nah, itulah kita perlu mendorong supaya kelas menengah itu. Cendekiawan aktif progresif dan bersinergi. Itu penting sekali,” bebernya.

Jimly juga berharap, muncul ekonom-ekonom baru dan muda dari IPB. “Tentunya dengan perspektif baru pula untuk melihat Indonesia ke depan. Maka ICMI, KAHMI, pemerintah, kampus bersinergi mendorong kerjasama untuk menggerakan ajian-kajian dengan perspektif baru. Indonesia butuh itu. Butuh banyak lagi pendekatan kelembagaan jangan hanya melihat angka-angka. Disitulah ekonomi pasar pancasila harus kita kembangkan,” pungkasnya.

Acara tersebut ditutup dengan tausiyah dari KH Abdul Wahid Maktub yang merupakan Mantan Dubes Qatar dan saat ini menjabat sebagai staf khusus Kemenristek Dikti. (Pri/Adit)