Beranda >

Berita > Cerita Titin, Sukarela Jadi Tenaga Pengajar ‘Sekolah Ibu’ Demi Pemberdayaan Perempuan


17 Juli 2018

Cerita Titin, Sukarela Jadi Tenaga Pengajar ‘Sekolah Ibu’ Demi Pemberdayaan Perempuan

Sebanyak 68 orang tenaga pengajar ‘Sekolah Ibu’ akan memulai aktivitasnya secara serentak di 68 titik kelurahan di Kota Bogor pada Kamis (19/7/2018). Mereka didaulat sebagai garda terdepan untuk memperkuat ketahanan keluarga lewat peran perempuan atau ibu sehingga memiliki peradaban yang tangguh.

Sebelumnya mereka secara resmi dikukuhkan oleh Walikota Bogor Bima Arya di sela Peringatan Hari Kesatuan Gerak PKK Ke-46 Tahun 2018 di Gedung Poetri Ballroom SKI, Katulampa, Bogor Timur, Kota Bogor, Senin (16/7/2018).

Ya, salah satu kunci ketahanan keluarga dipegang oleh kaum ibu. Saat ini, banyak persoalan keluarga disebabkan adanya ketidaksiapan perempuan menjadi seorang istri dan orang tua.

Titin Yustina, warga Sindang Barang, Bogor Barat, Kota Bogor ini misalnya. Satu dari 68 tenaga pengajar sukarela ini tertarik menjadi bagian dari ‘Sekolah Ibu’ yang digagas Ketua TP-PKK Kota Bogor, Yane Ardian itu.

“Padahal peran ibu sangat banyak dan detail dalam urusan rumah tangga. Kaum ibulah yang menjadi tiang berdirinya bangunan keluarga yang kokoh. Keterlibatan dan ketertarikan saya menjadi tenaga pengajar Sekolah Ibu dilatarbelakangi keinginan untuk memberdayakan para ibu, utamanya para ibu muda,” ungkap wanita yang juga berprofesi sebagai dosen di Institut Agama Islam Sahid Bogor itu.

Berangkat dari pengalamannya itu, Tutin pendidikan merupakan senjata yang paling ampuh untuk pemberdayaan perempuan. “Etos kerja, komitmen dan disiplin merupakan 3 faktor yang menentukan kesejahteraan bagi semua. Ini yang harus dikembangkan terus oleh kaum ibu,” ujar kandidat Doktor Komunikasi dari IPB ini.

Menurut dia, mayoritas para kaum ibu masih berpandangan bahwa mereka hanya cukup bisa membaca dan menulis lantaran pada akhirnya akan berkutat dengan urusan dapur saja.

“Itu pandangan yang salah. Kebanyakan permasalahan yang muncul dalam keluarga karena kurangnya komunikasi. Di Sekolah Ibu para peserta akan diajari komunikasi dalam keluarga. Jika ibu dapat berkomunikasi dengan baik ke anak dan suami, Insya Allah rumah tangganya juga akan baik. Ibu merupakan intisari keluarga,” jelas Titin.

Dengan adanya Sekolah Ibu diharapkan pengetahuan para ibu meningkat, sikap dan perilakunya berubah menjadi lebih baik. Dampaknya untuk meningkatkan kualitas komunikasi internal keluarga sehingga bisa melahirkan generasi yang cemerlang.

Titin menilai materi dalam modul pengajarannya cukup bagus. Sebagai seorang dosen dirinya tidak memungkiri keikutsertaannya menjadi tenaga pengajar didasari keinginannya belajar untuk dirinya sendiri juga.

Dengan metode yang menyenangkan, diharapkan para ibu diwilayah mau membuka hati dan pikiran bahwa menjadi ibu itu tidak ringan. “Dengan belajar di Sekolah Ibu, para ibu akan mendapatkan ilmu untuk mencari solusi atas permasalahan keluarga yang mereka hadapi. Sekolah Ibu akan memberikan prospek yang bagus bagi ketahanan keluarga,” pungkasnya.

Di Kecamatan Bogor Barat kurang lebih ada 32 pengajar Sekolah Ibu yang memiliki latar belakang seperti guru TK , ibu rumah tangga, dosen, Polwan dan lain sebagainya. Titin sendiri diberi tugas mengajar Sekolah Ibu di Menteng Asri. (rabas/indra/ica/diyah/pri)