Beranda >

Berita > Netty: Dampingi Anak Karena Tidak Semua Buku Aman Dibaca


22 Februari 2017

Netty: Dampingi Anak Karena Tidak Semua Buku Aman Dibaca

BANDUNG - Beredarnya buku cerita anak “Aku Berani Tidur Sendiri,” sebuah judul dari seri “Aku Belajar Mengendalikan Diri”, yang diterbitkan Penerbit Tiga Ananda, lini Penerbit Tiga Serangkai, memancing reaksi masyarakat luas. 

 

Bunda Literasi Jawa Barat Netty Heryawan menilai perlu adanya kehati-hatian bagi para penulis dan penerbit dalam meluncurkan buku. Terlebih tentang edukasi kesehatan reproduksi dengan mempertimbangkan dampaknya, karena tidak semua buku aman bagi kelompok usia tertentu.

 

Menurutnya, ketika judulnya bombastis dan membuat seseorang penasaran, pastinya terdorong untuk membeli. “Nah kalau sesuatu sudah menjadi benda publik, ada di ruang publik ada di toko buku, di perpustakaan ini kan tentu tidak bisa kita kendalikan. Maka ada baiknya para penulis ini berkonsultasi dengan psikolog saat akan menuliskan tema tentang alat reproduksi,” kata Netty di Gedung Sate, Selasa (21/1/17).

 

Walaupun menurut penulis, buku ini sebagai upaya melindungi anak-anak dari kejahatan seksual namun kata-kata yang eksplisit cukup meresahkan masyarakat. Buku ini dikhawatirkan akan memberikan contoh tidak baik untuk anak ketika orang tua lengah karena menganggap sebagai buku cerita biasa.  “Saya pikir ini tentu harus dipilah mana yang memang bisa diberikan dalam bentuk tulisan dalam buku, mana yang harus dilakukan secara langsung oleh ahlinya baik guru BK maupun psikolog atau konselor,” ungkap Netty.

 

Berikutnya pihak sekolah yang menurut Netty merupakan lembaga yang masif berinteraksi dengan pelajar untuk cermat melihat tumbuh kembang anak di sekolah. “Karena itulah yang kemudian menutupi ruang kosong atau celah-celah yang tidak dilakukan keluarga di rumah,” lanjutnya.

 

Yang boleh ada dalam buku-buku, Netty mengatakan seharusnya yang bersifat umum dan universial saja. Misalnya, secara umum pembagian dan penamaan alat reproduksi bagi laki-laki dan perempuan. Termasuk dalam pembelajaran biologi, dijelaskan bagaimana terjadinya pembuahan sehingga ilmu yang diperoleh tidak setengah-setengah.  “Bagi anak-anak yang menjelang dewasa atau yang sudah mengalami dewasa tentu harus menjaga pergaulan secara baik harus memilih teman yang baik dan memilih kegiatan yang positif,” katanya.

 

Selanjutnya bagi orangtua saat ini, jelas Netty, janganlah lagi tabu dan memang sepatutnya mengajarkan Sex education bagi anak-anak dengan melihat beberapa pertimbangan. Yang pertama terkait usia anak, kedewasaan berpikir bagaimana anak mampu menganalisa dan pemberian materi tentang sex education harus dilakukan melalui pendampingan. Karena ada istilah-istilah yang kalau tidak dijelaskan secara langsung, benar dan tepat, justru nantinya akan menjadi bumerang. ( dikutip Humas Kota Bogor )