Beranda >

Berita > Bima Arya : Demokrasi Adalah Partisipasi


20 Agustus 2017

Bima Arya : Demokrasi Adalah Partisipasi

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang calon kepala daerah atau calon legislatif dapat dipilih warganya dengan biaya politik (cost politic) yang murah, yakni ideologi, strategi, materi dan konsistensi. Namun pada intinya demokrasi adalah partisipasi.

Hal tersebut dikatakan Wali Kota Bogor Bima Arya saat menjadi narasumber dalam acara Silaturahim dan Dialog Politik Bogor Politic Club dengan mengusung tema Mengembalikan Demokrasi Kerakyatan Tanpa Money Politic, Mungkinkah? di Hotel Savero, jalan Pajajaran, Kota Bogor. Sabtu (19/08/2017).

Bima menjelaskan, tema sentral dari acara ini adalah bagaimana mengembalikan demokrasi kerakyatan dan mengikis pragmatisme. Ada beberapa faktor yang sangat menentukan, pertama adalah ideologi. Tanpa ideologi calon tidak memiliki pegangan yang kokoh dan tidak memiliki diferensiasi atau pembeda, ideologi untuk menuntun program selanjutnya.  "Jadi desain program berangkat dari ideologi,"  tuturnya.

Kedua adalah strategi, ideologi tanpa strategi tidak ada artinya. Jadi persoalan uang diyakini berbeda-beda, betul berpolitik itu menggunakan logistik, bertarung politik tanpa logistik itu tidak mungkin, logistik itu keniscayaan.

"Tapi pertanyaannya berapa besar logistik itu dibutuhkan. Tergantung strategi kita. Belum tentu Rp. 1 milyar ekuivalen dengan 100 ribu suara. Karena saya pernah memiliki client saat menjadi konsultan politik. Ada yang memiliki logistik besar tapi tidak memiliki strategi itu tidak bisa dan gagal. Caranya adalah strategi yang matang," jelasnya.

Ia menekankan, bahwa calon kepala daerah atau calon anggota legislatif tidak bisa hanya mengandalkan hasil survei, karena kadang ada hasil survei yang gak jelas, metodologinya lemah, karena ada juga survei modusnya ekonomi atau profit dan politik. "Pemilihan lembaga survei lihat dulu kredibilitas lembaga surveinya. Banyak yang terpeleset dan terkecoh karena ini," ujar Bima.

Ketiga kata Bima adalah faktor materi, yang berbahaya adalah targetnya keuntungan ekonomi dan mengacaukan sistem demokrasi. "Karena targetnya hanyalah keuntungan ekonomi," jelasnya.

Keempat adalah konsistensi. Konsistensi membuat pilkada lebih murah. Bima mengaku pernah menginap di rumah warga, itu lebih murah dibandingkan dengan membangun branding di media.  "Saya menginap di rumah warga, membantu sedikit, ngeliweut, nge-teh, ngopi bersama tetapi efeknya luar biasa dari mulut ke mulut dan menambah semangat kepada kita," akunya.

Ia mengajak kedepan sama-sama menjaga demokrasi di kota Bogor, jangan sampai sentimen sektarian dan agama memecah belah semuanya. "Pilkada harus mempersatukan dan mencerahkan, karena itu saya berharap  tentang esensi berdemokrasi adalah mempersatukan. Semoga forum ini memberikan maslahat bagi kita semua," harap Bima.

Diskusi ini dipandu Helmi Yahya sebagai Public Speakers, Business Consultant dan Presenter Effendi Gozali, Keynote Speaker Bima Arya dan sejumlah narasumber lain seperti Syarifuddin Hasan, Aboe Bakar Al Habsyi, Usmar Hariman, Ade Munawaroh Yasin, Jajat Sudrajat, Mohammad Nur Sukma dan Hasan Haikal. (Humas)