Beranda >

Berita > Ini Tiga Upaya Pemprov Dorong Industri Wisata di Jabar


15 Oktober 2017

Ini Tiga Upaya Pemprov Dorong Industri Wisata di Jabar

BANDUNG – Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar (Demiz) menguraikan ada tiga pendekatan yang menjadi upaya pembenahan pariwisata di Jawa Barat. Ketiga pendekatan tersebut, yaitu Akses, Atraksi, dan Amenitas.

Wagub mengakui Jawa Barat masih memiliki kelemahan dalam hal Akses. Untuk itu pihaknya bersama Pemerintah Pusat kini tengah menggenjot berbagai pembangunan infrastruktur untuk memudahkan akses wisatawan berkunjung ke Jawa Barat. Proyek seperti jalan tol, pembangunan bandara internasional, serta layanan transportasi umum masal tengah dikebut pengerjaannya. 

Hal ini dipaparkan Demiz pada event tahunan Asita West Java Travel Fair (AWJTF) 2017 di Atrium 23 Paskal Shopping Mall, Jl. Pasirkaliki No. 23, Kota Bandung, Jumat (13/10/17). Di depan para pelaku usaha wisata ini, Wagub menjelaskan berbagai upaya Pemprov Jawa Barat dalam mendorong industri pariwisata di Jawa Barat.

Menurutnya ada 22 ruas jalan tol yang rencananya akan dibangun di Jabar. Lima diantaranya sedang dalam proses pembangunan. Seperti Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) dan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi). Tol Cisumdawu Sesi I dan II ditargetkan bisa beroperasi pada April 2019. Sementara Tol Bocimi target Presiden Jokowi juga 2019 bisa selesai. Selain itu, Cileunyi-Garut-Tasikmalaya-Banjar juga akan terhubung dengan jalan tol. Rencananya tahun depan proses pembangunan akan dimulai.

Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kertajati, Majalengka tengah dikebut pengerjaannya. Pemerintah Pusat menargetkan tahun depan BIJB bisa digunakan untuk keberangkatan jamaah haji asal Jawa Barat.

“Mudah-mudahan tahun depan bisa beroperasi dan meningkatkan kepariwisataan di Jawa Barat. Dan tahun depan juga kita akan membangun bandara di Palabuhanratu untuk membangun destinasi wisata – yang In Shaa Allah berskala internasional pada 2019 nanti, yaitu Geopark Ciletuh-Palabuhanratu,” katanya.

“Karena gerbang wisatawan mancanegara itu melalui udara. Tanpa adanya itu (bandara) jangan berharap wisatawan mancanegara akan datang lebih banyak,” tambahnya.

Saat ini ada beberapa investor asing tertaik untuk berinvestasi. Salah satunya negara Uzbekistan yang berminat untuk mengembangkan Bandara Nusawiru di Kabupaten Pangandaran. Untuk itu, pada pembukaan AWJTF 2017 ini turut hadir Duta Besar Uzbekistan untuk Indonesia Mr. Shavkat Jamolov.

Dari sisi Atraksi Jawa Barat tak diragukan lagi. Atraksi ini dilakukan melalui berbagai potensi wisata berupa sumber daya alam, seni, dan budaya. Kata Wagub, Industri berbasis budaya atau cultural industry menjadi ruh dari kepariwisataan itu sendiri. Ada 1.300 destinasi di Jawa Barat dan sebagian besar diantaranya adalah potensi cultural industry.

“Khususnya Jawa Barat yang multiculture ini justru kaya dengan budaya yang ada. Maka dari itu saya berharap ke depannya kepariwisataan di Jawa Barat menjadi primadona di samping Pertanian yang saat ini memiliki kontribusi terbesar secara nasional,” tutur Wagub.  

Sementara dari sisi Amenitas, pihak Pemprov Jawa Barat terus mendorong berbagai pihak terkait termasuk masyarakat membangun fasilitas di berbagai destinasi wisata di Jawa Barat. Pemprov Jawa Barat terus mendorong hadirnya investasi di bidang industri wisata, khususnya untuk jasa akomodasi,  restoran dan lainnya, terutama di kabupaten/kota serta kawasan wisata yang belum memiliki amenitas wisata berstandar internasional.

Selain itu, menyikapi perkembangan pariwisata dunia yang saat ini sudah masuk dalam generasi industri keempat, yaitu industri berbasis teknologi digital, Wagub menghimbau para pelaku industri wisata di Jawa Barat untuk melakukan perubahan dari pola konvensional menjadi digital, serta terus meningkatkan inovasi penawaran dengan pola cross-selling dan up-selling, sehingga dapat semakin memperkuat posisi tawar Jawa Barat sebagai destinasi utama pariwisata di Indonesia dan juga di kawasan Asia Tenggara.

Multiplier effect dari kepariwisataan ini begitu besar. Menyerap tenaga kerja begitu besar. Investasi di pariwisata itu tidak sebesar industri lainnya, tetapi juga mudah dalam pengembaliannya yang penting tadi multiplier effect tadi sangat luas,” papar Wagub.

Perlu kerja sama yang sinergis diantara lima pemangku kepentingan utama pariwisata (penta-helix), yaitu Pemerintah, Akademisi, Pelaku Usaha, Komunitas, dan Media Massa dalam rangka mengembangkan pariwisata di Jawa Barat. Ada 4 (empat) pilar utama yang menjadi fokus, yaitu pembangunan destinasi wisata, industri wisata, pemasaran pariwisata, dan pengembangan kelembagaan pariwisata.

Jawa Barat memiliki kekuatan daya tarik wisata alam dan wisata budaya (terdapat lebih dari 300 destinasi wisata alam serta lebih dari 600 wisata budaya di Jawa Barat). Maka, sesuai dengan branding “Pesona Jawa Barat Indonesia atau Wonderful West Java Indonesia”, fokus Jawa Barat lebih kepada menawarkan daya tarik wisata alam dan wisata budaya. Apabila diperhatikan permintaan pasar wisata dunia terhadap wisata alam dan wisata budaya saat ini terus mengalami peningkatan.

Ketua DPD Asita Jawa Barat Budijanto Ardiansjah mengatakan Asita West Java Travel Fair merupakan ajang penawaran wisata kepada masyarakat. Diharapkan pameran ini bisa membuka peluang market wisata. Ada 35 pelaku usaha wisata terlibat dalam pameran yang digelar keempat kalinya ini. Pameran akan digelar pada 13-15 Oktober 2017 di 23 Paskal Shoping Mall, Jl. Pasirkaliki No. 23, Kota Bandung.

“Kita harapakan event ini bisa dilakukan setiap tahun untuk lebih memperkenalkan wisata di Jawa Barat kepada wisatawan domestik maupun mancanegara,” ungkapnya.

Budi menambahkan, dia berharap pada 2018 Pemerintah bisa lebih mendukung dan memfasilitasi asosiasi dan industri wisata. Terutama dalam hal promosi atau pemasaran. Sementara beberapa daerah saat ini menjadi pesaing Bandung dan Jawa Barat dalam menarik kunjungan wisatawan.

 “Mudah-mudahan pada 2018, Pemerintah bisa lebih men-support asosiasi maupun industri. Dimana saat ini beberapa daerah sudah menjadi saingan Bandung dan Jawa Barat. Karena kelemahan yang kita lihat adalah lemahnya promosi,” pungkas Budi.(dikutip Humas Kota Bogor )