Beranda >

Berita > Kisah Heroik Kapten Muslihat Melawan Penjajah


09 November 2017

Kisah Heroik Kapten Muslihat Melawan Penjajah

Hari Pahlawan yang tepat jatuh pada 10 November, membawa rakyat Indonesia kembali terkenang akan jasa para pahlawan yang telah merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari tangan penjajah. Namun, perjuangan melawan penjajah tidak serta merta berakhir ketika kemerdekaan Indonesia di Proklamirkan pada 17 Agustus 1945 lalu.

Pertempuran melawan Belanda yang datang dengan sekutu harus dihadapi rakyat Indonesia. Tak hanya di Kota Surabaya yang dikenal sebagai perjuangan Arek-arek Suroboyo, namun juga di kota lainnya tak terkecuali di Kota Bogor.

Jalan Kapten Muslihat yang setiap harinya ramai dengan lalu lalang kendaraan dan manusia tak terlepas menjadi saksi sejarah gugurnya Kapten Tubagus Muslihat dan ribuan pejuang lainnya demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Disana, di sekitaran Taman Topi para pejuang RI dipimpin Kapten Muslihat yang ditugaskan sebagai komandan Kompi IV Batalyon II Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan penuh semangat bertempur menyerang markas-markas Inggris.

Diceritakan salah satu veteran Kota Bogor Ma’mun Permadi (86), tepatnya 25 Desember 1945 pertempuran antara rakyat Bogor yang dipimpin Kapten Muslihat melakukan pemberontakan. Menggunakan persenjataan seadaanya seperti bambu runcing, golok, pedang, mereka menyerang markas-markas yang diduduki Inggris.

Kontak senjata pecah, suara tembakan dan pekikan "MERDEKA" terdengar di setiap pertempuran. Pasukan Inggris dan para pejuang saling tembak-menembak. Kapten Muslihat dengan sangat berani kemudian keluar dari tempat persembunyiannya untuk melakukan penyerangan terbuka. Dia menembaki para penjajah yang membuat sebagian tentara Inggris tumbang.

Namun dalam baku tembak itu, timah panas musuh berhasil menembus perut Kapten Muslihat. Namun Sang Kapten tetap berdiri menembaki para penjajah. Timah panas kedua kembali menembus pinggang membuat Kapten Muslihat tumbang hingga ia tersungkur.. Darah bercucuran dan mengalir membuat kaos putih yang dikenakan berubah menjadi merah.

“Kapten Muslihat gugur di usia 19 tahun dan meninggalkan istri yang tengah mengandung. Saat itu teringat sekali pesannya harta yang dimilikinya agar diberikan kepada yang tidak mampu dan jika istrinya melahirkan anak laki-laki agar diberi nama Tubagus Merdeka,” ujar Ma’mun yang saat ini dipercaya menjadi Sekretaris Cabang Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Kota Bogor

Ia menceritakan, berbagai pertempuran terjadi kala itu tidak hanya di satu wilayah Bogor saja melainkan di berbagai wilayah. Seperti pertempuran di Kota Paris (Pasar Mawar) yang berlangsung pada malam hari, dimana di lokasi ini terdapat komplek hunian orang-orang Belanda (Kamp para interniran). Selain itu terjadi juga pertempuran di daerah Cemplang pada 1945 antara pejuang RI melawan pasukan tentara Gurkha (tentara bayaran sekutu) yang berjumlah 12 orang.

“Pertempuran juga terjadi di daerah Maseng, Caringin Bogor pada 1945. Disana pejuang sampai membangun sebuah monumen untuk mengenang perjuangan para pahlawan,” kata Ma’mun kelahiran 16 September 1931.

Jasa dan perjuangan Kapten Muslihat kini diabadikan menjadi nama jalan utama di Kota Bogor, yakni Jalan Kapten Muslihat dan dibangun patung khusus yang menggambarkan heroiknya Kapten Muslihat saat berjuang melawan penjajah, tepatnya di Plaza Taman Topi dekat Stasiun Bogor. (fla/hari-SZ)

Berikut nama-nama pahlawan yang fotonya dipajang di Museum Perjuangan Bogor

Kapten H. Basuki Bahri, berjuang di daerah Leuwiliang

Darsono, berjuang di daerah Bogor

Abing Sarbini, mantan prajurit PETA berjuang di daerah Leuwiliang

Mayor R. Oking Djajaatmadja, berjuang di Citereup, Jonggol, Cariu

Kapten Tubagus Muslihat, mantan prajurit PETA berjuang di Bogor

Rachmad Husein Sastranegara

A. H. Nasution

Alex E. Kawilarang Komandan Resimen Bogor

R. A Kosasih, Komandan Batalyon VII berjuang di Bojongkokosan

Mayjen Ibrahiem Adjie, Panglima Siliwingai, Pencetus pager betis untuk memberantas DI/TII.

Ishak Djuarsa, mantan prajurit PETA

Mayjen (purn) H. E. Sukma, mantan prajurit PETA

Brigjen TNI (purn) H. Saptadji Hadiprawira, mantan prajurit PETA, berjuang di Bogor.

Kolonel Soekoco

TB. Samsoedin Noer

Raden R. H Muhammad Toha

Kapten Miing