Beranda >

Berita > Bima Arya Sebut Birokrat Harus Bisa Baca Perkembangan Zaman di Era 4.0


09 Maret 2019

Bima Arya Sebut Birokrat Harus Bisa Baca Perkembangan Zaman di Era 4.0

Wali Kota Bogor Bima Arya menjadi keynote speaker dalam Seminar Nasional bertajuk ‘Strategi Manajemen dalam Menghadapi Era VUCA di Industri 4.0’ yang digelar di Aula Gedung Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Pakuan, Bogor Tengah, Sabtu (9/3/2019). Sebelum memulai pemaparannya, Bima terlebih dahulu mengajak peserta untuk menyaksikan video singkat mengenai profil Kota Bogor yang terus bergerak menuju perubahan serta karakter warga yang guyub.

“Video tersebut merupakan potret Kota Bogor dulu, sekarang dan masa depan, yang jauh dari VUCA ( volatility, uncertainty, complexity, and ambiguity) atau jauh dari gejolak, ketidakpastian, kompleksitas dan ambiguitas. Tapi sejatinya kita saat ini sedang menghadapi hal itu, kuncinya adalah jati diri Bogor yang khas dari Bogor tetap kita genggam sembari kita kelola dan hadapi tantangan VUCA tadi. Kita punya sesuatu yang agung, bernilai dan luar biasa yang bisa dijadikan pegangan untuk menghadapi tantangan yang ada,” ungkap Bima Arya.

Di tengah perubahan dan perkembangan zaman yang semakin pesat, kata Bima, semua harus bisa membaca tanda-tanda zaman, tidak terkecuali para birokrat mulai dari Lurah hingga para kepala dinas.

Bima menjelaskan, hampir seluruh warga Kota Bogor terkoneksi dengan perkembangan informasi dan teknologi, diantaranya sebanyak 82 persen warga Bogor memiliki WhatsApp (WA), 75 persen facebook, 82 persen twitter dan 42 persen instagram. Dengan fenomena yang seperti ini, banyak paradigma yang berubah. Humas Pemkot Bogor, lanjut Bima, harus berkolaborasi dengan semua, menjadikan seluruh warga Kota Bogor sebagai humas.

“Informasi dan prestasi sekecil apapun harus diketahui warga dengan sangat cepat sekali. Saat ini setiap pihak harus bisa membaca apa yang menjadi kekuatannya, pemerintah bisa kehilangan legitimasinya jika tidak merangkul warga dan komunitas. Komunitas adalah the most powerful element atau kekuatan yang paling tulus. Komunitas mampu menggerakkan kota dengan passion, ideas dan sincerity. Ini eranya komunitas, DNA Kota Bogor senang guyub dan ngumpul,” tegasnya.

Dengan perkembangan IT yang sedemikian pesat, lanjutnya, pemerintah juga harus mampu membaca fenomena pergerakan ekonomi di sosial media yang cepat, semua harus merambah dan penetrasi ke arah itu.

Beberapa hal yang harus dilakukan para birokrat adalah inovasi tanpa henti, kolaborasi dengan banyak pihak agar massif, membuat program yang inspiratif untuk mendukung inovasi, selain itu juga harus adaptif.

“Bekerja sama dengan para startup dan pihak lainnya. Sebagai contoh, Pemkot Bogor akan segera menjalin kerjasama dengan Bukalapak. Ke depan akan hadir Buka Bike, penyewaan sepeda gratis, selain itu juga akan ada pembinaan UMKM dan sebagainya oleh Bukalapak. Ini adalah bagian dari role model dari 4.0,” ungkapnya.

Di tempat yang sama, Rektor Universitas Pakuan Bibin Rubini, menyebutkan saat ini ukuran besar perusahaan tidak menjadi jaminan, namun kelincahan, egality perusahaan dan era digitalisasi menjadi kata kunci industri 4.0.

Hadir sebagai pembicara lainnya Dirut Peruri Dwina Septiani Wijaya, Manager Learning dan Culture Bukalapak Hendra Etri Gunawan serta Kepala Departemen FEM IPB Sahara. (Humpro: rabas/hari/pri)