Beranda >

Berita > Hadirkan Prof Emil Salim dan Ceu Popong, Bima Arya Ajak Pemuda Belajar dari Senior


28 Oktober 2019

Hadirkan Prof Emil Salim dan Ceu Popong, Bima Arya Ajak Pemuda Belajar dari Senior

Hari Sumpah Pemuda di Kota Bogor selain diperingati dengan upacara, juga digelar diskusi ringan dengan para senior. Wali Kota Bogor Bima Arya bersama Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) menghadirkan dua tokoh nasional untuk berbagi pengalaman di hadapan ratusan pemuda, di Balaikota Bogor, Senin (28/10/2019).

Mereka adalah Prof Emil Salim dan Popong Otje Djundjunan (Ceu Popong). Dua tokoh ini dinilai Bima Arya mampu memberikan inspirasi di bidangnya masing-masing. “Temanya belajar dari senior. Pemkot dan KNPI Kota Bogor mengundang dua tokoh ini. Karena menjadi tua adalah keniscayaan, tapi menjadi matang dan bijaksana adalah pilihan. Senior kita adalah sumber pengalaman dan kebijaksanaan,” ujar Bima dalam acara bertajuk ‘Riung Pemuda: Menjemput Masa Depan’.

Prof Emil sendiri merupakan Ahli Ekonomi. Ia juga pernah mengemban berbagai jabatan seperti menteri di era Presiden Soeharto, Guru Besar Fakultas Ekonomi UI, hingga Ketua Dewan Pertimbangan Presiden di era SBY. Sementara Ceu Popong merupakan politisi senior yang menjadi anggota DPR RI lima periode sejak 1987.

Dalam diskusi yang dimoderatori langsung oleh duet Bima Arya dan Ketua KNPI Kota Bogor Bagus Maulana Muhammad itu dihadiri ratusan pelajar SMP-SMA, organisasi kepemudaan, jajaran pejabat di lingkungan Pemkot Bogor, camat hingga lurah.

“Kita harus belajar dari orangtua, dari senior, belajar dari pengalaman masa lalu. Belajar dari sejarah. Kita bersyukur para senior berkenan berbagi. Kita perlu menatap masa depan dengan berbekal wisdom dari masa lalu. Anak muda tidak boleh terlalu percaya diri yang berlebihan. Anak muda harus selalu mendengar senior-seniornya. Intinya itu,” ujar Bima.

Kedua tokoh tersebut juga memberikan masukan kepada Bima Arya, umumnya terhadap pembangunan di Kota Bogor agar bisa berkontribusi besar terhadap bangsa Indonesia.

“Prof Emil Salim ingatkan saya untuk perhatikan pendidikan, terus fokus pada lingkungan hidup, sampah dan sungai. Sementara Ceu Popong ingatkan kami para juniornya ini untuk tetap disiplin dan konsisten taat aturan. Keduanya titip untuk tak putus jaga persatuan dan kebersamaan. Nasihat berharga dari dua tokoh senior yang panjang pengabdiannya bagi Republik,” jelasnya.

Dalam paparannya, Prof Emil meminta pemuda pemudi Tanah Air untuk lebih giat belajar agar mampu bersaing secara global. Saat ini, Indonesia masih tertinggal jauh dalam ilmu, dan menempati peringkat ke 62 dari 70 negara dalam kategori pengembangan ilmu pengetahuan. “Kita masih tertinggal jauh dari Vietnam dan Thailand. Kita mestinya mengunggulinya. Kalau saya tidak minta giat belajar dari sekarang, kapan kita bisa nomor satu,” kata Emil Salim.

Emil juga meminta para pemuda Indonesia bisa benar-benar mengembangkan ilmu, ketimbang dunia politik. Menurutnya, ilmu matematika, membaca dan sains diharapkan diunggulkan sehingga Indonesia bisa menjadi negara yang lebih maju.

“Tidak usah main politik-politikan, kita masih ketinggalan dalam ilmu. Banyak baca, belajar matematika dan sains, itu penting. Itu yang harus dikejar. Kenapa cita-cita bangsa belum tercapai? Apa penyebabnya kenapa belum, itu yang perlu kita cara. Kata mengapa itu ke depan harus dihilangkan,” jelasnya.

Di tempat yang sama, Ceu Popong menyatakan, meskipun Sumpah Pemuda mengamanatkan untuk menjunjung tinggi bahasa Indonesia, Popong berpesan agar pemuda Indonesia bisa menjaga bahasa daerah masing-masing. Saat ini, bahasa daerah perlahan mulai ditinggalkan.

“Saat ini bahasa daerah jumlahnya hampir 800-an, meskipun sudah ada bahasa negara, bukan berarti bahasa daerah itu hilang. Oleh karena itu ada undang-undang tentang bahasa. Pemerintah daerah wajib memelihara, mengembangkan bahasa,” kata Popong.

Dua bunyi Sumpah Pemuda lainnya terkait tanah air dan bangsa, menurut Popong, mutlak harus ditepati oleh pemuda Indonesia. Oleh karena itu, ia berpesan kepada seluruh pemuda untuk tidak mudah terpecah akibat perbedaan suku dan agama karena Indonesia. (Humpro :indra/PKL: nabila-reyna-bambang/pri)