Beranda >

Berita > Restrukturisasi Trans Pakuan, PDJT Kolaborasi dengan Perum PPD


23 Juli 2020

Restrukturisasi Trans Pakuan, PDJT Kolaborasi dengan Perum PPD

Perusahaan Daerah Jasa Transportasi (PDJT) Kota Bogor selaku pengelola Bus Trans Pakuan melakukan penandatanganan MoU bersama Perusahaan Umum Pengangkut Penumpang Djakarta (Perum PPD). Kerjasama tersebut dilakukan dalam rencana pengembangan transportasi, salah satunya restrukturisasi Trans Pakuan.

Penandatangan tersebut dilakukan antara Direktur Utama Perum PPD Pande Putu Yasa dengan Plt Direktur Utama PDJT Kota Bogor Agus Suprapto serta disaksikan langsung oleh Wali Kota Bogor Bima Arya dan Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Polana Banguningsih Pramesti di sela-sela kegiatan uji coba operasi Jabodetabek Residence Connexion (JRC) dengan trayek Sentul City - Blok M (PP) di Terminal Sentul City, Babakan Madang, Bogor, Kamis (23/7/2020).

Agus yang juga menjabat sebagai Sekretaris Dinas Perhubungan Kota Bogor menyatakan, saat ini kondisi PDJT bisa dibilang cukup memprihatinkan. Untuk itu, perlu dilakukan proses restrukturisasi, baik secara internal organisasi maupun restrukturisasi secara eksternal terkait menjalankan bidang usaha jasa transportasi massal di Kota Bogor.

“Bidang usahanya sesuai penugasan dari pemerintah kota kepada PDJT adalah untuk mengoperasikan Trans Pakuan sebagai angkutan massal. Tapi kondisinya saat ini bisa dibilang jauh dari kata optimal,” ujar Agus.

“Dengan segala keterbatasan yang ada di PDJT, saat ini PDJT sedang berproses restrukturisasi dengan menggandeng Perum PPD untuk bisa berkolaborasi dan bisa merestrukturisasi ulang dalam bidang usaha, khususnya operasional Trans Pakuan,” tambahnya.

Dalam konteks ini, lanjut Agus, PDJT dan Perum PPD berencana ingin menghidupkan kembali koridor-koridor dengan penggunanya cukup tinggi, misalnya Cidangiang-Bubulak yang melalui Jalan Soleh Iskandar dan Yasmin.

“Karena kebutuhan masyarakatnya memang cukup tinggi makanya baru saja kami melakukan penandatanganan nota kesepahaman. Poin-poin apa yang melingkupi kerjasama nanti dituangkan dalam surat perjanjian sehingga apa yang dibantu oleh Perum PPD bisa membangkitkan kembali PDJT dalam usahanya. Pelan-pelan kita bisa membangun PDJT lagi yang lebih baik lagi,” terangnya.

Agus juga mengaku sudah menyusun konsep bisnis dalam business plan, yang didalamnya menggambarkan kondisi aset, keuangan, dan manajemen. “Pekan lalu kami sudah melakukan FGD dengan Pak Wali Kota hingga pihak perguruan tinggi. Ini salah satu tindak lanjut dari apa yang kita buat, bagaimana kita mendongkrak kembali langkah PDJT yang lebih baik,” ujarnya.

“Pekerjaan beratnya adalah menjalankan yang ada karena masih belum optimal. Bus yang masih bisa berjalan ada 16 unit dengan trayeknya Cidangiang-Sentul City. Selanjutnya akan kita jalankan ke koridor lama yang dulu pernah eksis, Bubulak-Cidangiang. Paling utama itu dulu, sehingga aset-aset kita tidak terbengkalai,” katanya.

Di tempat yang sama, Direktur Utama Perum PPD Pande Putu Yasa mengatakan dengan kerjasama ini diharapkan kehadiran Trans Pakuan bisa menjadi feeder bagi PPD yang sedang gencar mengoperasikan Jabodetabek Residence (JR) Connexion.

“Trans Pakuan ini kita harapkan menjadi feeder dari angkutan premium ini di titik-titik yang tinggi demand-nya. Misalnya dari Bulukan-Sentul City atau Sentul City-Stasiun Bogor dan titik-titik lainnya yang bisa kita integrasikan. Dalam waktu dekat, kami juga akan melakukan kerjasama dengan perumahan Persada Bogor. Dari sana juga tujuan kami adalah memecah penumpang yang menuju ke Stasiun,” jelas Pande.

“Mudah-mudahan apa yang kita upayakan ini bisa memberikan alternatif lain kepada masyarakat yang tinggal di perumahan untuk menggunakan moda transportasi massal, bukan kendaraan pribadi,” tambahnya, berharap.

Sementara itu, Kepala BPTJ Polana Banguningsih Pramesti mengatakan, pihaknya menargetkan angka pengguna transportasi umum adalah 60 persen pada 2029 mendatang. “Ini memang target yang sangat optimis dan itu sudah tertuang di dalam dokumen rencana induk transportasi Jabodetabek. Berdasarkan perhitungan, pada 2018 di Jabodetabek itu dengan penduduk kira-kira 30 juta jiwa, pergerakan manusia mencapai 88 juta per hari. Dengan pergerakan demikian apabila saat ini masih lebih banyak menggunakan angkutan pribadi dengan asumsi ini sudah pernah dihitung bisa mengalami kerugian akibat macet Rp 1 triliun per tahun,” ungkap Polana.

Untuk itu, kata dia, BPTJ mendorong penumpang atau yang biasanya menggunakan kendaraan pribadi untuk menggunakan kendaraan umum. “Salah satunya dengan JR Connexion ini. Layanan ini adalah merupakan inovasi dan banyak diminati oleh kalangan yang sering menggunakan kendaraan pribadi untuk beralih menggunakan kendaraan umum. Layanan JRC merupakan layanannya premium yang tidak singgah di terminal atau simpul transportasi, dilayani dari kantong-kantong permintaan tinggi dalam hal ini permukiman atau pusat-pusat kegiatan,” terangnya. (prokompim)