Beranda >

Berita > IPB Gelar Simposium Internasional Pengembangan Tata Ruang Berkelanjutan


09 November 2016

IPB Gelar Simposium Internasional Pengembangan Tata Ruang Berkelanjutan

Untuk kedua kalinya Institut Pertanian Bogor (IPB) menggelar simposium internasional bagi pengembangan tata ruang yang berkelanjutan di Gedung International IPB Convention Centre (IICC) Botani Square Kota Bogor, Rabu (9/11/2016). Wali Kota Bogor Bima Arya menjadi salah satu keynote speaker. Dalam presentasinya, Bima menyampaikan topik simposium kali ini sangat tepat dengan masalah yang tengah dihadapi Kota Bogor terkait pengembangan berkelanjutan.  

Simposium dihadiri sejumlah peserta, tidak hanya dari Indonesia tapi juga para negara tetangga kawasan Asia Tenggara dan Jepang. Simposium yang dilaksanakan selama dua hari mulai 9 -10 November 2016 ini menghadirkan sejumlah tokoh, seperti Presiden of IFLA APR (International Festival of Landscape Architecture Asia Pasific Region) Dr.Damian Tang, Prof T.Kobayashi (Chiba University),  Dr.Nor Atiah Ismail (UPM Malaysia), Ir.Canserina Kurnia (Manager of ESRI Global Asia Pasific), Dr. Siti Nuraijdah (President of ISLA) dan Keith Steven Muljadi (Presdir Sentul City). 

"Disatu sisi saya akan sampaikan fakta terkait kebijakan yang dibuat para kepala daerah tidak hanya berdampak pada jangka pendek tapi juga harus memiliki dampak jangka panjang, dimana hasilnya tidak akan terlihat dalam satu atau tiga tahun tapi lima sampai 10 tahun ke depan bahkan lebih," tutur Bima.

Bima menambahkan, usai simposium tantangan yang dihadapi kepala daerah dan peserta adalah bagaimana mengejawantahkan ide dan program yang dihasilkan dari simposium, khususnya untuk pengambilan kebijakan. Saat ini semua pemerintah daerah fokus dalam perencanaan pengembangan.  “Sekali lagi semoga simposium ini memberi dampak jangka panjang tidak hanya bagi Kota Bogor tapi juga bagi daerah lainnya," cetus Bima.

Selain perencanaan pengembangan, Bima juga menjelaskan kendala dan permasalahan yang dihadapi Kota Bogor, mulai dari transportasi, penataan tata ruang hingga penataan Pedagang Kaki Lima (PKL). Terkait tata ruang, Bima menegaskan Pemerintah harus bersikap disiplin dan tegas. "Tapi dalam pelaksanaannya kita butuh dukungan semua elemen,  kolaborasi semuanya akan membawa Kota Bogor menjadi lebih baik," tegas Bima.

Sementara itu Wakil Rektor IPB Prof. Dr. Ir Anas Miftah Fauzi menekankan pentingnya komunikasi dan partisipasi. Keduanya  menjadi kunci dalam pengembangan tata ruang. Pengembangan tata ruang yang lebih baik dalam habitat diperuntukan bagi manusia, tumbuhan dan hewan. “Tata ruang yang berkelanjutan adalah tata ruang yang menyediakan variasi fungsi ekologi seperti meminimalisir radiasi  matahari, mereduksi polusi udara dan diwaktu yang sama menyediakan fungsi sosial dalam bermasyarakat dan   fungsi ekonomi," terang Anas.

Anas melanjutkan, pada akhirnya akademisi membutuhkan fasilitas dan peraturan untuk menjembatani dan merealisasikan yang apa yang tertuang dalam Sustainable Development Goals (SDGs), nine programm priority (nawacita) dan  yang terkandung dalam simposium kegiatan ilmiah beberapa tahun lalu. "Harapan saya semoga simposium ini mampu menghasilkan produk untuk  membantu berkontribusi dalam kepentingan kebijakan tata ruang dan sebagai rekomendasi managerial untuk mempromosikan pengembangan tata ruang dan arsitektur di Indonesia," tandas Anas.(rabas/indra/ismet)