Beranda >

Berita > “Gempa Bumi” Guncang Kota Bogor dalam Peringatan HKB Nasional


29 April 2025

“Gempa Bumi” Guncang Kota Bogor dalam Peringatan HKB Nasional

Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) Nasional Tahun 2025 diperingati sebagai momen penting untuk menguatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap potensi bencana.

Di Kota Bogor, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersinergi dengan banyak pihak memberikan edukasi guna meningkatkan kesiapsiagaan bencana melalui simulasi penanggulangan bencana gempa bumi.

Simulasi gempa bumi dipilih lantaran belum lama ini gempa terjadi di Kota Bogor. Selain itu, simulasi ini merupakan langkah antisipatif untuk meningkatkan kesiapan menghadapi berbagai bencana yang kerap melanda “Kota Hujan”.

Kegiatan ini dilaksanakan secara sinergis oleh BPBD dengan melibatkan unsur pemerintah dan berbagai instansi seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), Palang Merah Indonesia (PMI), Dinas Pemadam Kebakaran, Dinas Perhubungan (Dishub), hingga Praja Muda Karana (Pramuka).

Tidak hanya melibatkan aparat, partisipasi warga menjadi hal penting sebagai bagian dari edukasi dan upaya meningkatkan kesiapan menghadapi bencana.

Hal ini sejalan dengan yang disampaikan Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim.

“Kota Bogor sebagai salah satu daerah dengan risiko bencana tinggi tentu harus mempersiapkan diri, bukan hanya aparat TNI, Polri, dan Pemda, tetapi juga masyarakat yang harus siap menghadapi kebencanaan,” ujar Dedie Rachim saat apel Hari Kesiapsiagaan Bencana di Lapangan Kresna, Selasa (29/4/2025).

Kepala Pelaksana BPBD Kota Bogor, Hidayatulloh, menyampaikan bahwa apel kesiapsiagaan bencana yang rutin digelar setiap tahun ini akan dilaksanakan secara bergiliran di seluruh kecamatan di Kota Bogor agar edukasi "Siap untuk Selamat" dapat menjangkau masyarakat secara merata.

Ia menegaskan, bahwa peran terbesar dalam upaya penyelamatan saat bencana adalah diri sendiri. Oleh karena itu, sosialisasi kesiapsiagaan harus terus dilakukan secara kolaboratif.

“Media transfer literasi ini tidak hanya berupa sosialisasi kesiapsiagaan, tetapi juga melalui komunikasi dari mulut ke mulut yang sangat penting. Maka, pengurus wilayah penting dibentuk sebagai perpanjangan tangan kami untuk memberikan edukasi kepada masyarakat,” tegasnya.