Beranda >

Berita > Yantie Rachim Kunjungi Pasien Thalassemia, Tekankan Perluas Edukasi dan Sosialisasi


24 Mei 2025

Yantie Rachim Kunjungi Pasien Thalassemia, Tekankan Perluas Edukasi dan Sosialisasi

Usai menghadiri kegiatan seminar dalam rangka peringatan Hari Thalassemia Sedunia 2025, Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Bogor, Yantie Rachim mengunjungi para pasien thalassemia yang tengah menjalani perawatan di Rumah Sakit (RS) Palang Merah Indonesia (PMI).

Dalam kesempatan itu, Yantie Rachim menyampaikan keprihatinan sekaligus tekad untuk memperluas edukasi dan pencegahan thalassemia hingga ke lapisan masyarakat terbawah.

Ia melihat langsung kondisi anak-anak penderita thalassemia yang mayoritas berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi dan harus menjalani transfusi darah secara rutin.

“Tadi saya melihat sendiri anak-anak pasien yang sepertinya dari keluarga menengah ke bawah, kondisinya sudah parah karena mungkin kurangnya pemahaman dan akses terhadap edukasi,” ujar Yantie Rachim di di Klinik Thalassemia RS Palang Merah Indonesia PMI Kota Bogor, Sabtu (24/5/2025).

Ia menegaskan bahwa edukasi mengenai thalassemia harus digencarkan agar masyarakat paham betapa pentingnya hal tersebut.

“Thalassemia ini harus menyasar ke bawah, kurangnya edukasi terkait hal ini adalah salah satu penyebabnya,” tegasnya.

Yantie Rachim menyebutkan bahwa program edukasi PKK yang selama ini berfokus pada stunting dan kanker akan diperluas untuk menyentuh isu thalassemia.

Ia juga membuka peluang kerja sama antara PKK, RS PMI, Dinas Kesehatan, dan komunitas penyintas untuk memperkuat jaringan edukasi dan pendampingan masyarakat.

“Ini harus jadi perhatian bersama, termasuk bagi Pemkot Bogor. Kalau ini bisa dikolaborasikan, dari komunitas, organisasi, hingga orangtua penyintas bergerak bersama, maka pencegahan bisa dilakukan,” katanya.

Salah satu orang tua pasien, Odrah, menceritakan perjalanan panjang anaknya yang mengidap thalassemia mayor sejak usia empat bulan.

Awalnya, ia mengira kondisi tubuh anaknya yang lemas hanyalah hal biasa. Namun setelah pemeriksaan laboratorium, diketahui kadar hemoglobin (Hb) anaknya sangat rendah, hanya 4,5.

“Setelah tahu thalassemia mayor, anak saya dirawat terus. Sekarang sudah 14 tahun, seminggu sekali harus ke RS PMI untuk transfusi darah,” ujar Odrah.

Ia berharap adanya keajaiban untuk sang anak yang telah mengidap penyakit tersebut selama 14 tahun.

Di tempat yang sama, Nur Afifah (14), putri dari Odrah, mengungkapkan rasa lelahnya karena harus sering berobat.

“Rasanya cape, bolak-balik rumah sakit. Pengen cepet sembuh, biar bisa main lagi sama teman-teman,” kata Nur.

Yantie Rachim menutup kunjungan dengan menyatakan bahwa ke depan PKK akan menindaklanjuti kebutuhan edukasi dan dukungan kepada para keluarga penyintas thalassemia.