Beranda >

Berita > Rajapolah, si Primadona Handicraft Jawa Barat yang Tembus Pasar Eropa


04 September 2019

Rajapolah, si Primadona Handicraft Jawa Barat yang Tembus Pasar Eropa

KAB. TASIKMALAYA -- Deretan kios-kios penjual handicraft anyaman buatan tangan yang memenuhi jalanan kecamatan cukup menjadi bukti bahwa Kecamatan Rajapolah adalah sentra industri rumahan di Kabupaten Tasikmalaya.

Produk anyaman dengan bahan baku mendong, pandan, dan eceng gondok yang dijual ini pun bervariasi, mulai dari tas, topi, dompet, hingga tempat pensil.

Selain unik, produk kerajinan anyaman yang dijual di Rajapolah dikenal murah dengan kualitas yang hampir sama dengan barang yang dijual di toko. Pesona Rajapolah pun diakui oleh Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Jawa Barat Atalia Praratya Kamil.

"Kita kenal Rajapolah ini penghasil kerajinan terbaik untuk Jawa Barat, khususnya dari anyaman mendong, pandan, eceng gondok, dan lain sebagainya. Teman-teman di wilayah ini bahu-membahu dalam kelompok tertentu untuk menghasilkan karya," kata Atalia saat melakukan Siaran Keliling (Sarling) di Desa Wisata Kampung Kreatif Sukaruas, Kecamatan Rajapolah Kab. Tasikmalaya, Rabu (4/9/19).

"Produk-produk Kabupaten Tasikmalaya ini sangat diminati. Oleh karena itu, ini bisa jadi contoh bagi yang lainnya, bagaimana pekerjaan jika dilakukan dengan sepenuh hati akan banyak orang yang mengapresiasi," tambahnya.

Atalia pun berharap, sentra perajin dan pelaku usaha di Desa Wisata Kampung Kreatif Sukaruas bisa meningkatkan potensi serta inovasi agar hasil kriyanya sebagai salah satu produk unggulan Jawa Barat semakin berkembang dan dikenal masyarakat luas.

"Mudah-mudahan kehadiran kami ini dapat menambah semangat para pelaku usaha khusunya di Kabupaten Tasikmalaya bisa meningkatkan produksinya, termasuk dapat menumbuhkan ide-ide baru. Karena bagaimanapun desain yang dimunculkan saat ini akan terus berkembang. Jadi perajin harus mau mengkaji diri, menambah ilmu-ilmu baru, termasuk membuka diri terutama desain baru," ujar Atalia.

Adapun mendong merupakan tumbuhan sejenis rumput yang tumbuh di rawa-rawa. Tanaman liar yang tumbuh memanjang hingga lebih dari satu meter ini dikeringkan, untuk kemudian dianyam secara manual menjadi tikar, tas dan berbagai kerajinan lainnya.

Ade Abubakar, salah satu perajin anyaman yang juga Ketua Paguyuban Kampung Kreatif Sukaruas, berhasil mengeskpor kerajinan anyaman sampai ke luar negeri. Ade berujar, seluuruh perajin di Sukaruas masih menggunakan metode manual.

Sementara bahan baku dengan kualitas bagus dikirim dari Kebumen, Jawa Tengah, dalam bentuk setengah jadi untuk diproses menjadi barang siap pakai.

"Alhamdulillah sudah menggeluti bisnis kerajinan ini sekitar 20 tahun. Dengan karyawan sebanyak 30 orang, kerajinan yang diproduksi bisa mencapai 4.000 buah perbulan dan menghasilkan omzet Rp150 juta per bulan," kata Ade.

"Produk anyaman murni hasil karya rumahan di Kampung Kreatif Sukaruas Rajapolah mampu tembus pasar Eropa. Ada sekitar tiga negara yang jadi konsumen saat ini yakni Jepang, Italia dan Spanyol," ujarnya.

Dengan adanya pusat penjualan kerajinan Tasikmalaya, Rajapolah Permai pun menjadi pusat destinasi wisata belanja dengan kearifan budaya handicraft khas masyarakat Kabupaten Tasikmalaya.

Tentunya, pusat destinasi ini juga menjadi peluang untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat setempat. Selain itu, saat ini terdapat 60 homestay di Desa Sukaruas yang bisa disewa pengunjung termasuk pelajar atau mahasiswa untuk mengetahui lebih dalam tentang Desa Wisata Kreatif Sukaruas.

Jangan Lupakan Pasar Tradisional
Dalam agenda Sarling kali ini, Atalia juga mengunjungi Pasar Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya. Sebagai Ketua PKK Provinsi Jawa Barat sekaligus Duta Pasar Rakyat Jawa Barat, Atalia gencar mengajak masyarakat kembali ke pasar tradisional sebagai sarana transaksi jual-beli.

"Hari ini sedikit berbeda dengan Sarling sebelumnya, karena kunjungan kita dimulai dari pasar. Kami melihat bagaimana pasar Rajapolah ini sudah tertata dengan baik tinggal bagaimana menata infrastrukturnya," kata Atalia.

"Tadi (pedagang) kompak sekali, dan ternyata 750 pedagang tergabung dalam paguyuban pedagang untuk memastikan mereka sejahtera," tambahnya.

Menurut Atalia, pasar tradisional merupakan penopang utama perekonomian suatu bangsa. Apabila roda ekonomi pedagang pasar tradisional terhambat, maka perekonomian di suatu daerah juga akan terganggu.

Selain itu, pasar tradisional juga dianggap dapat mengurai kesenjangan ekonomi masyarakat. Pasar tradisional, lanjut Atalia, tak hanya menyangkut perekonomian masyarakat tapi juga budaya tawar-menawar dan interaksi sosial.

"Mudah-mudahan ke depan bisa terus mendorong dan meningkatkan jumlah kunjungan masyarakat ke pasar tradisional. Mengingat sekarang banyak orang yang sudah malas datang ke pasar tradisional karena semakin pasar modern dan situs belanja online," tutupnya.( Humas dan Protokol Setda Jabar )