Beranda >

Berita > Wujudkan Eco-City, Kota Bogor Gandeng IPB dan Jepang


16 Maret 2016

Wujudkan Eco-City, Kota Bogor Gandeng IPB dan Jepang

Untuk mewujudkan misi Kota Bogor yang Berwawasan Lingkungan yang mengarahkan Kota Bogor menjadi Eco-City serta mendukung komitmen Pemerintah Indonesia untuk menurunkan emisi GRK (Gas  Rumah Kaca) melalui pembangunan rendah emisi, Pemerintah Kota Bogor bersama IPB Bogor dan NIES (National Institute for Environmental Studies) Jepang menyelenggarakan Simposium Internasional Eco-City Bogor pada tanggal 17 Maret 2016.

Simposium Internasional Eco-City Bogor yang diselenggarakan di IICC Bogor adalah tindak lanjut dari kerjasama yang telah dibangun oleh Pemerintah Kota Bogor dan IPB dengan dukungan mitra kerja NIES Jepang,  Institute for Global Environmental Strategies (IGES) Jepang dan Kementerian Lingkungan Hidup Jepang dalam Program Pengembangan dan Pembangunan Eco-City. Kerjasama ini bertujuan untuk (i) instalasi demo sistem monitoring penggunaan energi (ii) pentautan sistem monitoring penggunaan energi dalam Bogor Green Room, dan (iii) simulasi skenario Eco-City masa depan berdasarkan parameter informasi dan emisi spesifik Kota Bogor. Simposium ini merupakan wadah untuk berbagi pengetahuan dan pembelajaran dari hasil riset dan kaji tindak yang sudah dilakukan dalam pengembangan sistem monitoring inovatif untuk emisi GRK, pengembangan model terintegrasi skenario pembangunan rendah karbon untuk Kota Bogor, dan penyusunan rancangan dan skenario pembangunan Kota Bogor yang rendah karbon yang merupakan bagian dari konsep Eco-City.

Kota Bogor sendiri saat ini menghadapi tantangan urbanisasi dan keberlanjutan (sustainability). Dengan luas sekitar 11.850 hektar dan jumlah penduduk lebih dari 1 juta orang, maka setiap tahunnya Kota Bogor harus menampung sekitar 39 ribu penduduk baru, apabila laju pertumbuhan penduduk sebesar 3.87%. Kondisi ini mengakibatkan peningkatan ruang terbangun di Kota Bogor yang secara signifikan mengurangi ruang terbuka hijau. Pada gilirannya jumlah volume sampah yang harus ditangani semakin besar, volume kendaraan semakin bertambah, yang diperparah dengan bertambahnya jumlah volume kendaraan yang datang dari luar kota. Hal ini akan membuat Kota Bogor dan penduduknya menjadi rentan, dan akan lebih rentan lagi apabila variabilitas iklim dan iklim ekstrim meningkat.

Pemerintah Kota Bogor berkomitmen menjadi Eco-City melalui pembangunan kota yang hijau, pengelolaan ruang terbuka hijau dan sumberdaya air. Upaya nyata untuk mewujudkan komitmen ini ditempuh lewat kerjasama dengan IPB Bogor dan dukungan NIES, IGES dan Kementerian Lingkungan Hidup Jepang. Hal ini didasari keberhasilan Jepang yang sudah terlebih dahulu menerapkan teknologi rendah karbon dan memiliki pengalaman dalam merancang dan mengembangkan Eco-City.

Kerjasama diatas fokus pada pengembangan model simulasi integratif untuk mengidentifikasi target rendah karbon optimal di masa depan dan untuk mengidentifikasi peta jalan yang efisien dengan kombinasi teknologi dan sistem sosial.  Hasil model  akan diterapkan dalam analisis spasial berdasarkan Sistem Informasi Geografis untuk merancang pola lokasi yang  cocok dari penggunaan lahan dan struktur perkotaan menuju pembangunan rendah karbon.

Untuk menilai potensi pengurangan emisi GRK oleh Kota Bogor, telah dikembangkan skenario mitigasi (pengurangan emisi) masa depan untuk Kota Bogor dengan mempertimbangkan inisiatif lingkungan lokal. Tindakan rendah karbon diasumsikan berdasarkan inisiatif lingkungan saat ini dan kebijakan terkait dari Kota Bogor seperti penanaman pohon, jaringan transportasi umum, pembangunan kawasan pedestrian, pengumpulan sampah, dan sebagainya. Hasil sementara menunjukkan bahwa penurunan emisi GRK sebesar 29% terhadap baseline pada tahun 2030 untuk Kota Bogor adalah mungkin. Peningkatan efisiensi energi dari sektor perumahan dan komersial akan memiliki potensi pengurangan emisi terbesar diikuti oleh penggunaan transportasi umum.

Kerjasama ini juga telah mengembangkan sistem pemantauan inovatif energi dalam rangka mendukung rencana upaya-upaya hemat energi yang efektif. Pemantauan konsumsi listrik sedang berlangsung di beberapa kawasan permukiman, perkantoran (termasuk bangunan pemerintah kota), hotel, kafe dan pusat perbelanjaan di Kota Bogor. Melalui visualisasi konsumsi listrik yang real-time, pemilik bangunan dapat mengidentifikasi kelebihan konsumsi energi karena pola perilaku manusia. Salah satu penggunaan utama listrik di kantor-kantor dan tempat tinggal adalah pendingin ruangan (AC). Melalui analisis sederhana terhadap keseimbangan panas, dapat dipahami beberapa penanggulangan efektif untuk mengurangi konsumsi energi di permukiman, perkantoran, dan gedung-gedung di wilayah kota.

Dalam simposium  ini disajikan contoh pembelajaran proyek penelitian  Masyarakat Rendah Karbon di kawasan Iskandar, Malaysia, yang dilakukan dalam periode lima tahun dari 2011-2016.  Keunikan dari proyek ini adalah bagaimana menghubungkan antara proses penelitian dan output dengan pelaksanaan melalui kolaborasi penelitian dengan lembaga-lembaga pelaksana khususnya, Iskandar Malaysia Regional Development Authority (IRDA) dan lima otoritas lokal di wilayah tersebut. Hasil dari proyek penelitian adalah model cetak biru Masyarakat Rendah Karbon di kawasan Iskandar, termasuk 12 aksi utama mitigasi terhadap masa depan rendah karbon dan langkah-langkah yang perlu diambil. elalui pertemuan ini, diharapkan terjadi saling berbagi dan tukar pikiran di antara para pemangku kepentingan terkait bagaimana strategi riset dan implementasi yang perlu dikembangkan kedepan untuk mendukung pengembangan Bogor Eco-City dan IPB Eco-Campus.( humas)