01 Mei 2016
Tes Screening Thalassemia Sebelum Menikah

Jumlah penderita thalassemia di Jawa Barat merupakan yang tertinggi di Indonesia. Sedangkan di Kota Bogor tercatat 550 penderita mulai usia 6 bulan hingga 41 tahun. Kurangnya informasi dan edukasi penyakit yang disebabkan faktor genetik orangtua ini membuat semakin banyaknya penderita. Padahal jika diketahui lebih awal melalui tes screening, thalassemia pada anak bisa dicegah.
Hal itu disampaikan Ketua Perhimpunan Orangtua Penderita Thalassemia Indonesia (POPTI) Nasional, Ruswandi pada pelantikan POPTI Cabang Bogor Sabtu (30/4) di Balaikota. Lebih lanjut menurutnya, pemeriksaan thalassemia sebelum menikah menjadi sangat penting. Hal ini karena jika pembawa sifat thalassemia menikah dengan pembawa sifat juga maka akan lahir anak dengan Thalassemia Mayor. “Thalassemia Mayor tidak bisa disembuhkan karena belum ada obatnya. Satu-satunya obat hanya dengan melakukan transfusi darah secara rutin, setiap bulan untuk seumur hidupnya,” ungkapnya.
Untuk melakukan tes screening, biayanya sekitar Rp 800 ribu yang masih belum tecover BPJS. Untuk itu dirinya akan mengajukan permohonan ke Kementerian Kesehatan agar biaya tes Screening bisa dicover BPJS, agar setiap warga sebelum menikah melakukan tes demi mencegahnya terjadinya thalassemia pada anak. “Lebih baik melakukan pencegahan dibanding harus melakukan pengobatan yang jumlahnya lebih besar mencapai Rp 8 juta untuk satu anak,” tutur Ruswandi.
Dokter Umum Klinik Thalassemia Rumah Sakit PMI Adhi Rommy Setiawan menuturkan, anak yang menderita thalassemia membutuhkan perhatian khusus baik secara sosial, ekonomi dan pengetahuan. Maka, pada 2009 silam dokter anak di RS PMI berinisiatif membentuk wadah bagi anak dan keluarga Thalassemia yakni POPTI. Informasi dan edukasi terus dilakukan RS PMI kepada masyarakat untuk meminimalisir adanya penderita yang meninggal akibat keterlambatan mengetahui penyakit ini. Penyakit ini terlihat mulai dari usia bayi tiga bulan sampai 18 bulan mulai dari bayi kurang aktif, muka pucat dan lemas. “ 12 sampai 14 orang meninggal akibat terlambat diobati,” imbuh Adhi
Sementara itu, Walikota Bogor Bima Arya mengatakan, Pemerintah Kota Bogor menempatakan kesehatan sebagai hal yang harus selalu menjadi perhatian bagi semua. Karena secantik apapun kotanya dan semurah apapun pendidikannya tidak berarti apa-apa jika masyarakatnya tidak sehat. “Peran POPTI bersama Pemkot harus masuk ke hulu di preventif dan represifnya mulai dari edukasi dan sosialisasi serta memastikan warga tidak mampu tetap terlayani,” pungaks Bima (fla/poto Gus,met-mor)
- Berita Terkini
- Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, mengapresiasi dan bangga atas raihan penghargaan internasional yang diraih oleh perawat di Kota Bogor dari Wocare In
- Wakil Wali Kota Bogor, Jenal Mutaqin, memberikan arahan kepada ketua RT dan RW se-Kelurahan Kayu Manis yang baru dilantik di Kantor Kelurahan Kayu Man
- Kota Bogor menjadi pilot project penerapan program Pemberdayaan dan Rehabilitasi Sosial Berbasis Komunitas Sentra Cipta Mandiri (SCM) dari Kementerian
- Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, melaksanakan penanaman pohon di jalan menuju lokasi yang akan dibangun sebagai kantor Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor
- Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kota Bogor, Yantie Rachim, menyambangi para siswa di Pusat Kegiatan Belajar Masya