Beranda >

Berita > Gerakan Menuju 100 Smart City Indonesia, Kota Bogor Jadi Laboratorium Kota Cerdas


13 November 2024

Gerakan Menuju 100 Smart City Indonesia, Kota Bogor Jadi Laboratorium Kota Cerdas

Gerakan Menuju 100 Smart City Indonesia, Kota Bogor Jadi Laboratorium Kota Cerdas

Pemerintah pusat menunjuk Kota Bogor sebagai salah satu dari 25 kota pertama yang akan menjadi laboratorium atau inkubator untuk penyelenggaraan pembangunan berbasis inisiatif kota cerdas dalam program Gerakan Menuju 100 Smart City Indonesia.

25 kota yang ditunjuk dalam program ini, antara lain Kota Bogor, Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta (DKI), Kota Surabaya, Kota Bandung, Kota Semarang, dan lainnya, sedang dalam proses evaluasi untuk menentukan peringkat kota Smart City terbaik.

Evaluasi implementasi Smart City tahap kedua telah diikuti oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor melalui Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo). Evaluasi ini dilakukan melalui Zoom dengan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) di Ruang Rapat Kian Santang, Balai Kota Bogor, Selasa (12/11/2024).

Sekretaris Diskominfo Kota Bogor, Oki Tri Fasiasta Nurmala Alam, mengatakan bahwa evaluasi tahap kedua ini cukup krusial karena sifatnya pendalaman terhadap isi program yang dilaksanakan.

Para asesor meminta tambahan untuk memperluas laporan tim pelaksana Smart City Kota Bogor terkait seluruh inovasi penyelenggaraan Smart City di Kota Bogor. Artinya, para asesor mendukung agar Kota Bogor dapat memaparkan secara utuh semua inisiatif Smart City yang telah dilakukan.

"Dengan pola asesmen seperti ini bagus untuk Kota Bogor, karena nanti bisa mendapatkan penilaian yang lebih objektif dan lebih menggambarkan secara umum apakah inisiatif Smart City di Kota Bogor sudah terlaksana dengan baik dan mampu memberikan layanan publik yang unggul bagi masyarakat Kota Bogor," ujar Oki.

Oki menuturkan, Kota Bogor telah lebih awal menginisiasi Smart City sejak tahun 2017, dan saat ini memasuki tahun ketujuh. Jika melihat kondisi pada 2017 dibandingkan dengan 2024, terdapat perbedaan yang sangat jauh dalam hal pelayanan.

Sebagai contoh, Kota Bogor telah mengembangkan layanan umum satu pintu yang dinamakan Bogor Single Window, yang dapat diakses melalui website, iOS, Android, serta melalui chatbot Talas Bogor.

"Semua layanan yang ada di Kota Bogor yang bertujuan melayani publik dapat diakses melalui Bogor Single Window, yang saat ini sudah terdapat 148 aplikasi terintegrasi dari target 179 aplikasi. Insyaallah, sisanya mudah-mudahan dapat diselesaikan pada 2025-2026," ucap Oki.

Ia menjelaskan bahwa hasil dari evaluasi implementasi Smart City ini akan memberikan nilai indeks kematangan Smart City di Kota Bogor. Indeks kematangan ini menjadi salah satu komponen penting bagi pemerintah daerah se-Indonesia untuk mengakses anggaran pusat.

"Nanti, hasilnya berdasarkan indeks akan muncul peringkat, dan tentunya siapa yang memiliki indeks lebih tinggi berarti mampu menjalankan inisiatif Smart City dengan lebih baik dibandingkan kota-kota lainnya," kata Oki.

Ia menambahkan, saat ini Kota Bogor memiliki indeks Smart City di angka 3,46, sementara indeks Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) berada di angka 3,72 dengan kategori sangat baik.

Oki pun berharap agar indeks implementasi smart city bisa meningkat sejalan dengan indeks SPBE.

"Untuk menggerakkan Smart City itu harus ada kolaborasi dengan pentahelix, yaitu akademisi, bisnis atau pengusaha, komunitas atau masyarakat, pemerintah, dan media. Semua harus bergerak bersama dalam satu misi yang sama agar Smart City bisa berhasil," imbuhnya.